Al Furqan 74
kata Syaikh Abdul Bary Yahya:
Never late
It takes a little patience
And a lot of faith
menatap dunia dari berbagai sisi
*Catatan kemarin lusa*
sore ini, di langit yang menaungi lingkaran kami ada pelangi.
"Teteh.. teteeh..lihat,deh.. ada pelangi.."
kami semua menoleh ke arah langit, terpaku, memandangnya penuh kagum. Semua kemudian mengeluarkan kamera, tak ingin lengkung indah itu hanya tertangkap oleh mata.
"Wah, masyaAllah.. jangan-jangan malaikat lagi pada turun lewat pelangi itu ya,teh.. kan kata teteh kalo kita lagi berkumpul di majelis ilmu bakal banyak malaikat yang berkumpul di atas kita.."
:')
-----
kau tahu? Sedari kecil aku belum pernah melihat pelagi sejelas ini. Bahkan momenku melihat pelangi yang muncul samar-samar saja bisa dihitung jari. Mungkin karena itu, sewaktu kecil aku tak terlalu menghayati lagu "rindu pelangiku datang lagi..", padahal lagu itu dinyanyikan oleh penyanyi kesukaanku sewaktu kecil.
Ya, bagaimana hendak rindu, melihatnya dengan jelas saja belum pernah.
Dan sore ini, di atas lantai marmer hitam, aku menatap pelangi dengan jelas sekali. Di atas lantai yang sama dan pada sudut langit yang sama dimana kita biasa melihat rapatnya pelukan hujan, senja yang sendu, atau mentari pagi yang muncul dengan malu-malu.
Iya, di atas lantai yang sama dan pada sudut langit yang sama dimana kita biasa.. ya.
Sekali lagi, kau tahu.. belum pernah aku melihat pelangi sejelas sore ini. Mungkin lewatnya Allah ingin menunjukkan dan menjawab ragu-raguku belakangan ini.
Ia ingin menjawab bahwa nantinya di langit kita juga bisa muncul banyak pelangi. Dari "gerimis" yang aku bawa sesekali yang mungkin berulang kali kau pertemukan dengan hangat sinar mentari. Dari terik dan kemaraunya kehidupan yang bergantian kita hujani dengan sabar dan syukur yang tak berhenti.
Ah,..
Ya Rabb..
:')
Sungguh, maukah kita (terutama diriku sendiri) berjanji bahwa ini bukan pelangi terakhir yang bisa kulihat dengan jelas sekali?
-----
"Kamu yakin?"
"iya.."
"kamu sebenarnya tidak ingin bersama-sama kamu hanya tak suka perasaan sendirian, iya, kan?"
"Ah, sok tahu.. aku tidak begitu"
"kamu tahu kan, ini hanya seperti dua buah garis sejajar yang tak punya titik temu? Kamu selalu bilang bahwa hal ini seperti itu.."
"entahlah, yang pasti aku sudah mengubah gradienku, yang artinya entah jauh entah dekat, pasti dua garis ini akan memiliki titik temu"
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang adik yang datang dari tempat yang jauh. Baru saja menyandang tambahan predikat "maha" di depan julukan siswi selama ini.
Qadarullah..
Orang tua adik tersebut mengetahui saya dari seorang teman. Kemudian mereka sering menelepon saya untuk "menitipkan" putri kesayangannya. Lalu suatu hari, saat sang ayah datang ke bandung untuk mengantar putrinya tersebut, sang ayah berkata pada saya, dengan wajah sendu,
" nitip putri saya ini ya, mbak.. kalo berkenan mohon dianggap adik sendiri. Dia ga punya keluarga yang lain di sini dan sebelumnya belum pernah jauh dari kami untuk sejauh dan selama ini.."
ada bulir-bulir "gerimis" mengalir dari mata. Mata mereka? Bukan, sepertinya mereka sudah melalui proses yg panjang untuk akhirnya mampu melalui momen ini tanpa sesenggukan yang panjang. Bulir- bulir itu dari mata saya..
Ah, entah..
-----
Kau tahu salah satu perasaan yang menurutku sangat indah adalah perasaan dipertahankan. Ya, mengetahui bahwa dirimu dipertahankan, terlebih oleh orang yang kau cintai, adalah sangat luar biasa.
Meski terkadang kau melihatnya seolah seperti pengekangan. Menahan sayap-sayap kecilmu untuk terbang. Tetap percayalah, itulah tanda cinta yang dalam, karena kau sedang dipertahankan.
Meski terkadang ada pintu-pintu yang ia kunci, membuatmu terkadang nyaris benci. Tapi percayalah, itu hanya sebentuk usaha agar kau tak pergi. Tak menjauh.
Meski terkadang rengekan dan tangisanmu seolah tak diperhatikan. Dan hanya dibalas dengan kalimat "tidak boleh" yang berulang-ulang. Percayalah, itu hanya sedikit upaya, yang sekali lagi berarti kau tengah dipertahankan.
Dan bahkan kalau kau mau lebih peka, "hujan" di langit hatinya jauh lebih deras dari gerimis kecil di matamu saat itu.
Maka tidakkah kau ingin sedikit saja bersyukur demi mengetahui bahwa kau tengah dipertahankan?
-----
:'(
Hai, pria yang menuntun langkah kakiku yang pertama..
Kau tahu?
langkahku pergi belum pernah seberat ini..
Betapa banyak bintang yang yang gemerlap menanjak naik ke langit peradaban, sesaat kemudian mereka turun dan menghilang dari peredaran, mengapa? karena mereka hadir bukan untuk memberi, melainkan untuk mengambil.~M. Anis Matta
Pada titik ini, aku belajar, bahwa tidak selamanya aku bisa menyenangkan semua orang. Ah, berusaha memenangkan pendapat semua manusia hanya akan membuat diri kita berkali-kali mengalami kekalahan. Begitu, kan?
Dan kau tahu? Pada setiap "langkah penggenapan" pasti ada satu dua orang yang terluka diam-diam. Tapi dimana letak keimanan jika masalah perasaan yang demikian saja begitu dibesar-besarkan ?
Jadi, ya, putuskan dan jalankan.
Selama niat berusaha diluruskan dan pelaksanaannya tak menyelisih tuntunan, tak perlulah memikirkan semua perkataan orang.
*****
Ini tentang amalan apa saja yang begitu sering terdistraksi, entah jadi bertambah atau malah terhenti, karena "kekata mereka"
Ini tentang diri yang terkadang lupa bahwa meninggalkan ataupun mengerjakan suatu amalan karena manusia adalah riya'
T_T
(icha, 2013)
oh aku sama sekali tak menyalahkan kodratku sebagai seorang perempuan:
yang jika marah, ia diam ketika ditanya. tetapi tetap ingin ditanya. dan bertambah marah jika tidak ditanya.
yang kemudian diujungnya ia selalu bilang terserah. walaupun sebenarnya dia yang ingin menentukan arah.
yang, aduh, kau mungkin tau bagaimana tabiat perempuan melebihi diriku. perempuan selalu bingung jika menjawab hal ini, kau tau.
dan aku pun tak menyalahkan hormon-entah-apa yang membuat kita berlebihan sendu. berlebihan analisis. berlebihan memaknai segala sesuatu yang kadang tak perlu di dalami. yang kemudian membawa sakit hati. ketika sedang kedatangan tamu.
period.
kita bersyukur kepada Allah yang telah menjadikan kita kesempatan memeluk seseorang selama kurang lebih sembilan bulan. seseorang yang kelak akan menjadi penghapal qur’an. seseorang yang kepadanya rasa sayang kita tumpah ruah tak terbilang kata.
2 bulan yang lalu buku itu masih tergeletak manis di atas meja
Padahal coklat manis yg menyertainyainya sudah lebih dulu habis
1 bulan yang lalu buku itu sudah raib dari meja
"Lho, bukunya mana?"
"dipinjem sama temen.."
"emang kamu udah baca?"
"belum.."
hmm..
Dicontohkan sudah
Sesekali diperbincangkan sudah
Dan akhirnya buku itu..
Sebenarnya sangat merasa bersalah karena bukan diri yang langsung mendampingi
:'(
Dan pada akhirnya memang terserah Allah saja
Mungkin ini ujian keimanan juga, mengingatkan sebenarnya hidayah itu milik siapa
---------------
Dan hari ini,
Buku itu ada di atas meja, ada bekas lipatan, tanda sudah sampai mana dibaca
Sudah di halaman 88..
:')
alhamdulillah
-------------
Dan lagi,
Kala raga tak bisa selalu membersamai
Kala kata zahir tak mampu mengurai kusutnya
Ijinkan kumelingkarinya dengan pucuk-pucuk doa
Allah..
Kutitipkan saudariku
∩__∩