Ini tentang cerita yang sudah sangat lama sebenarnya. Dan tetiba teringat kembali akhir-akhir ini. Mungkin efek dari "goncangan" yang kemarin juga. Hmm..
Pada suatu hari saat saya masih seorang mahasiswi tingkat satu yang lugu #pret , ketika itu sedang berlangsung kelas mata kuliah Sistem Alam Semesta (SAS). Hari itu kami belajar tentang, ah, dan bahkan saya sebenarnya lupa hari itu belajar apa -_-a yang saya ingat hanyalah hari itu dosen yang mengajar adalah dosen geologi yang di sela-sela ngantuknya saya sempat membuat saya terperangah karena beberapa saat kaki beliau tetiba tidak menginjak bumi!
melainkan menginjak kaki saya -_-a
"aduh.."
"eh, maaf-maaf.. ga sengaja..", ucap beliau sambil kembali berjalan kesana kemari sambil menjelaskan.
kemudian, entah bagaimana awalnya, beliau menjelaskan tentang hal yang stokastik dan deterministik.
"di dunia ini ada hal-hal yang stokastik dan deterministik. Deterministik adalah hal-hal pasti terjadi, sedangkan stokastik adalah suatu kebolehjadian, belum pasti, masih harus diusahakan. Tapi terkadang kita sering salah memperjuangkan, kita lebih sering memperjuangkan hal-hal yang deterministik tapi melupakan hal-hal yang stokastik.."
Jleb..
saat itu perkataan itu sungguh mengena dan sekarang ketika teringat kembali,
semakin menyembilu rasanya..
:'(
Sesuatu yang deterministik, sesuatu yang sudah pasti adanya. Kelahiran, rezeki, jodoh, kematian..
Tidakkah seringnya hal-hal itu yang membuat pikiran susah? Padahal ianya adalah sesuatu yang sudah pasti. Dimana dilahirkan, seberapa banyak rezeki yang didapatkan, si dia yang akan menjadi pasangan, dan juga kapan-dimana-bagaimana-nya kematian.
Padahal ada sesuatu yang lebih penting untuk dipikirkan, diusahakan, dan didoakan. Ya, hal-hal yang stokastik. Hal-hal yang masih merupakan kebolehjadian. Boleh jadi rezeki yang kita dapat halal dan berkah, boleh jadi tidak. Boleh jadi amal-amal kita ikhlas dan diterima, boleh jadi tidak. Boleh jadi nantinya pernikahan kita sakinah, boleh jadi tidak. Boleh jadi dosa-dosa kita diampuni, boleh jadi tidak. Boleh jadi kalau dapetin hal itu jadi bersyukur, boleh jadi tidak. Boleh jadi kalau berada di sana bisa lebih sholeh, boleh jadi tidak. Boleh jadi kematian kita adalah akhir yang baik, boleh jadi tidak. Boleh jadi di akhirat nanti kita masuk surga.. boleh jadi tidak
:'(
Ah, kalau begitu perkara dosa dan pahala seharusnya lebih rumit dan lebih keras diusahakan daripada memikirkan rezeki dan segala bentuknya. Karena untuk segenap rezeki tiap jiwa telah memiliki bagiannya sedangkan dosa dan pahala, tak tahulah catatan diri lebih banyak tertulis yang mana..
stokastik dan deterministik.
dan bukankah yang ditanya kelak bukan apa gelarmu? tapi yang dipertanyakan adalah bagaimana kau memanfaatkan ilmumu?
yang dipertanyakan nanti bukan berapa hartamu? ada berapa tabungan dan simpananmu?
tapi yang diadili adalah bagaimana kau manfaatkan semua itu?
stokastik dan deterministik..
mana yang lebih banyak diri minta dan usahakan?
:'(
ah, jadi ini yang selama ini sering membuat sesak?
:'(
yang diminta terlalu deterministik..
No comments:
Post a Comment