Wednesday, October 16, 2013

Kata Ibu

Beberapa hari ini saya pulang ke rumah. Lumayan berbincang banyaaak hal yang serius dengan ibu saya. Hal serius? Hmm, bukan pembicaraan ibu dan anak seperti biasanya. Sebutlah ini perbincangan antara dua wanita, ehm.. dewasa. Tidak dalam rangka apa-apa, hanya saja beberapa cerita-cerita, peristiwa, dan pengalaman sebelum pulang membuat mata saya terbuka semakin lebar dengan carut-marutnya kehidupan.

Ah, sebenarnya saya tidak ingin menceritakan panjang lebar tentang perbincangan kami. Saya justru ingin sedikit mengutip buku yang baru saya baca, yang entah bagaimana-qadarullah tentu saja-, sedikit banyak mirip dengan kekata ibu saya.





“Apakah Ibu tidak lebih suka dia menikah dengan lelaki kaya?” tanya Jo, ketika suara ibunya tersendat sedikit pada kata-kata terakhir.

“Uang itu sesuatu yang baik dan berguna, Jo, tapi ibu harap anak-anak gadis ibu tidak akan pernah merasa terlalu membutuhkannya dan tergoda untuk memilikinya lebih banyak. Ibu sungguh ingin melihat John cukup mapan dalam usaha yang baik, yang memberinya penghasilan cukup besar sehingga tidak perlu berutang dan membuat Meg nyaman. Ibu tidak bernafsu mendapat kekayaan melimpah, posisi penting, atau nama besar untuk anak-anak gadis ibu. Namun, kalau kedudukan dan uang datang bersama cinta dan kebajikan, ibu juga akan menerimanya dengan penuh rasa syukur dan ikut berbahagia akan nasib kalian. Tapi ibu tahu, berdasarkan pengalaman, betapa banyak kebahagiaan sejati yang dapat dimiliki di sebuah rumah kecil sederhana, tempat kebutuhan hidup diusahakan setiap hari dan sejumlah kesulitan justru mempermanis nikmat yang sedikit itu. Ibu cukup puas melihat Meg memulai dengan kesederhanaan, karena jika firasat ibu tidak salah, dia akan menjadi kaya karena memiliki hati seorang lelaki yang baik, dan itu lebih baik daripada sekedar materi.”

“Aku mengerti, Bu, dan sangat setuju; tapi aku kecewa pada Meg karena aku sudah merencanakan agar ia menikah dengan Teddy kelak dan hidup dalam limpahan kemewahan sepanjang hidupnya. Bukankah itu menyenangkan?” tanya Jo, mendongak dengan wajah lebih cerah.

“Kau tahu, Teddy lebih muda daripada Meg,” ucap Mrs. March, tetapi Jo menyela,

“Hanya sedikit, Teddy cukup matang untuk ukuran usianya, juga tinggi, dan perilakunya bisa cukup dewasa kalau dia mau. Selain itu dia kaya, murah hati, baik, dan mencintai kita semua, sehingga menurutku sangat disayangkan rencanaku rusak.”

“Ibu rasa Laurie (Teddy -red) tidak cukup dewasa untuk Meg, dan secara keseluruhan masih terlalu angin-anginan sekarang untuk menjadi tempat bergantung. Jangan membuat rencana, Jo, tapi biarkan waktu dan hati mereka sendiri yang menyatukan teman-temanmu. Kita tidak boleh ikut campur dalam masalah seperti itu, dan sebaiknya kita tidak memasukkan ‘sampah romantis’ seperti istilahmu ke dalam kepala kita, siapa tahu itu merusak persahabatan kita.”

[Little Women, Louisa May Alcott]




hmm..
angguk-angguk..
haa..tuh, kan.. jadi pengen pulang lagi T_T

No comments:

Post a Comment