Wednesday, October 9, 2013

Shanggupin



Ilmu itu amanah. Mengetahui sesuatu membuat kita harus melakukan sesuatu.
Ilmu itu ujian. Ya, apa yang diketahui akan diujikan untuk menilai seberapa paham dan tertanam.

***
Di suatu pagi dengan kombinasi angin dingin dan peluk hangat matahari yang pas sekali, seorang adik mulai bercerita,
"Teteh.. bener banget ya, doa orang yang terdzalimi memang langsung dikabulkan sama Allah.. jadi takut.."
"iya, emang kenapa gitu?"
"iya, teh.. jadi pas minggu lalu kita mentoring terus ngebahas tentang doa orang yang didzalimi..eh, pas banget beberapa saat kemudian aku ngalamin kejadian itu, teh. Gini teh ceritanya, adik aku kan baru aja beli hp. Semenjak itu kerjaannya terus aja mainin hp, sampe-sampe kalo dipanggil pun ga nyahut, disuruh apa-apa juga jadi males. Saking keselnya aku sempet nyeplos gini, teh, "sing ical geura" (moga-moga ilang). Eh, ternyata bener, teh.. dua hari kemudian hp-nya beneran ilang. Terus adik aku sampe sekarang sedih banget. Dia sih ga inget aku pernah nyeplos gitu, teh..tapi aku yang jadi nyadar sendiri, jadi aak merasa bersalah terus jadi makin yakin kalau doa orang yang terdzalimi tuh diijabah.."



kemudian di lingkaran lain, saat sesi tauco (tausiyah colongan),
"aku mau ceritain pengalaman aku, teh.. Beberapa waktu lalu beasiswa aku ga turun-turun, teh.. udah tiga bulan. Bingung banget dapet duit dari mana, mau minta orang tua juga ga enak. Dan di puncak-puncaknya aku udah bingung banget dan ga tau harus gimana tiba-tiba turun hujan yang dereees banget, teh.. terus aku inget yang waktu itu kita bahas, salah satu waktu diijabahnya doa adalah ketika hujan deras. Langsung deh, teh aku berdoa, semoga beasiswanya segera turun. Eh,.. bener aja, ga sampe dua jam kemudian ada kabar kalo beasiswanya udah ditransfer. Alhamdulillah.."

Lalu di suatu senja,
"aku jadi agak takut, Lin kalo kita habis mentoring.."
"lah, kenapa ? Emang Lintang nyeremin, ya?"
"haha, bukan.. setiap kali habis mentoring aku seringnya ngerasa kayak langsung diuji sama materi yang kita bahas. Kayak minggu lalu, waktu kita bahas tentang "menelan amarah", terus aja selama seminggu setelah itu banyaak banget kejadian yang bener-bener bikin emosi. Fiuh.. kerasa berat banget ya yang namanya "menelan amarah".."

T_T
ini sebenarnya yang seringnya membuat agak "takut" untuk belajar ataupun membagikan suatu ilmu. Takut jadi golongan yang dimurkai Allah karena mengatakan apa yang tidak dikerjakan.
Tapi tetap saja ilmu harus tetap dicari dan disampaikan semampunya. Karena takut juga jadi golongan yang dibenci Allah karena menyembunyikan kebenaran yang diketahui.

termasuk tentang ilmu yang satu ini, yang seringnya menohok dan membuat merinding sendiri, satu kata yang gampang terucap tapi berat untuk ditetapi..

IKHLAS

Hasan AL Bana mengatakan,
"yang saya maksud dengan ikhlas adalah seorang al-akh hendaknya  megorientasikan perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah swt; mengharap keridhoan-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan materi, prestise, pangkat, gelar, kemajuan, atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara kepentingan dan hanya mencari manfaat dunia.
katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabb semesta alam (QS Al An'am: 162)
Dengan begitu, seorang al-akh telah memahami slogan abadinya: "Allah tujuan kami".

Pengertian Ikhlas
Ikhlas adalah menginginkan keridhaan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagai polutan duniawi. Ikhlas dengan pengertian seperti itu merupakan salah satu buah dari kesempurnaan tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh karena itu, riya' yang merupakan lawan dari ikhlas dianggap sebagai kesyirikan.

Syadad bin Aus berkata, "di masa Rasulullah, kami menganggap riya' sebagai syirik kecil" (Mujma'uz Zawaid, Kitabuz Zuhdi, bab "Ma ja'ahur Riya'")

Beberapa Indikasi Keikhlasan

1. Khawatir akan ketenaran dan keharuman nama atas dirinya dan agamanya, terutama apabila ia termasuk orang yang berprestasi

Ia meyakini bahwa Allah menerima amal berdasarkan niat yang tersimpan dalam hati, tidak dengan penampilan. Ia juga meyakini bahwa meskipun ketenarannya telah tersebar ke seluruh penjuru, dan itu yang diniatkannya, manusia tidak dapat menolongnya dari siksa Allah.

Hal inilah yang menyebabkan para ulama salaf dan orang-orang shalih sebelum kita takut pada fitnah ketenaran, tipuan pangkat, serta keharuman nama, dan mereka juga memperingatkan murid-muridnya akan hal tersebut.

"Tidak akan jujur kepada Allah orang yang mencintai ketenaran" (Ibrahim bin Adham)

"Bila kamu mampu menjadi orang yang tak dikenal, maka lakukanlah. Sebab apa kerugianmu jika tidak dikenal? Apa kerugianmu bila tidak dipuji? Dan apa kerugianmu apabila kamu menjadi orang yang tercela di hadapan manusia, tetapi tetap terpuji di hadapan Allah? " (Fudhail bin 'Iyadh)

Riwayat-riwayat tersebut jangan dipahami sebagai seruan untuk mengisolasi diri, karena orang-orang yang mengatakan atau meriwayatkan hal-hal tersebut adalah tokoh-tokoh dan da'i-dai yang bergaul dengan masyarakat, dan para pemandu perbaikan yang memiliki pengaruh baik dalam membimbing serta mengarahkan masyarakat. Akan tetapi, secara keseluruhan wajib dipahami sebagai kewaspadaan terhadap syahwat jiwa yang tersembunyi dan kehati-hatian terhadap pinu-pintu dan jendela yang dapat dilalui setan untuk menembus hati manusia.

Pada hakikatnya ketenaran bukan suatu hal yang tercela, karena tiada yang lebi terkenal daripada para nabi dan khulafau rasyidin, karena itu ketenaran yang tidak dipaksakan dan tidak didasari oleh niat ambisius.
Imam Al Ghazali mengatakan, "ketenaran itu fitnah bagi orang-orang yang lemah keimanan dan tidak demikian bagi orang-orang yang kuat keimanannya"

2. Orang yang Ikhlas selalu menuduh dirinya teledor dalam menunaikan hak-hak Allah, dan teledor dalam menunaikan kewajiban.

Hatinya tidak dimasuki ghurur(tertipu) dan terkagum oleh diri sendiri.
Dahulu sebagian orang shalih menangis pilu saat sedang sakit, lantas sebagian orang yang menjenguknya bertanya, "mengapa engkau menangis, padahal engkau telah berpuasa, shalat malam, berjihad, bersedekah, haji, umrah, mengajarkan ilmu, dan berdzikir. " Ia menjawab, "Siapa yang menjamin bahwa itu semua memperberat timbangan amal baikku, dan siapa yang menjamin bahwa amalku diterima di sisi Allah? sementara Allah swt berfirman, "sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa" (QS Al Ma'idah:27)

3. Orang yang Ikhlas lebih mencintai amal yang tersembunyi daripada amal yang diliputi hiruk-pikuk publikasi dan gaung ketenaran

4. Amalnya saat menjadi pemimpin dan saat menjadi anggota tidak berbeda, selama keduanya masih dalam rangka memberikan pelayanan pada dakwah.

Hatinya tidak dirasuki penyakit suka tampil, ingin di depan barisan, ingin memegang kendali, dan ambisi menguasai pusat kepemimpinan. Bahkan orang yang ikhlas mengutamakan menjadi anggota biasa. Dengan kata lain, orang yang ikhlas tidak menginginkan jabatan untuk dirinya, tetapi bila diberi amanah, ia menerimanya dengan penuh tanggung jawab dan memohon pertolongan Allah untuk melaksanakan sebagaimana mestinya.

5. Tidak menggubris keridhaan manusia jika dibaliknya terdapat kemurkaan Allah swt.

6. Kecintaan dan kemarahannya, pemberian dan keengganannya untuk memberi serta keridhaan dan kemurkaannya adlaah karena Allah dan agamanya, bukan karena kepentingan pribadi atau kemaslahatan diri sendiri.

7. Bahwa panjangnya perjalanan, lamanya waktu memanen buah, terlambatnya keberhasilan,, dan berbagai kesulitan kerja bersama manusia yang beragam cita rasa dan kecenderungan, tidak membuatnya malas, kendur, atau meninggalkan dakwah. Sebab, ia beramal tidak hanya untuk mencari keberhasilan atau mencari kemenangan. Akan tetapi ia beramal untuk mendapatkan keridhaan Allah dan karena menjalankan perintah-Nya.

Di akhirat nanti Allah tidak akan menanyakan kepada manusia, "mengapa kalian tidak mendapat kemenangan?"
Akan tetapi Allah akan menanyakan, "Mengapa kalian tidak berjihad?"
Allah tidak akan menanyakan, "Mengapa kamu tidak berhasil"
tetapi Allah akan menanyakan, "Mengapa kamu tidak beramal?"

(disarikan dari buku "Syarah Risalah Ta'alim" bab Rukun kedua: Al Ikhlas)

------

fiuh.. ya, yang di atas baru sekelumit tentang ikhlas..
yang katanya memang sangat sulit terlihat, seperti semut hitam di atas batu hitam pada malam yang kelam. yang karenanya amal yang sebesar gunung uhud bisa seperti debu yang tertiup angin, yang karenanya juga amal yang nampak kecil dan sepele bisa diganjar dunia dan seisinya.

sulit, ya?
tapi harus bisa!!
kalo ga shanggup ya shangguppiiin >.<9 p="">
-----
semoga kalau setelah ini ada post test dari Allah terkait materi ini kita bisa lulus, ya
:')



No comments:

Post a Comment