Sunday, July 14, 2013

Ibu Saya (ternyata) Tahu


Kemarin, di hari kedua ramadhan, ibu dan adik saya datang ke Bandung. Beliau menyengaja datang untuk menemani saya membeli sesuatu-hoho, sepertinya yang ini nanti saja diceritakannya-.

Pagi itu kami berjanji untuk bertemu di suatu pusat perbelanjaan. Saat kami bertemu ibu saya langsung bertanya,



"udah sarapan belum?"
(hari itu saya sedang tidak berpuasa)
"belum.."
"eh, makan dulu aja.."
"nanti aja, deh.. belum laper.."
"heh.. mau kapan? Nanti kalo pas belanja tiba-tiba kamu pingsan, gimana?"
"Ga akan pingsan, kok..insyaAllah. Biasanya juga kuat-kuat aja kalo ga sarapan.."
"Ga bisa, harus sarapan dulu..tuh, ada toko donat, makan dulu aja.."
 Ya, karena di pusat perbelanjaan tersebut hanya toko donat yang buka akhirnya kami mampir dulu kesana untuk mengantarkan saya sarapan.

Satu buah donat coklat berisi krim coklat yang disalut coklat bagian luarnya ditambah segelas susu coklat. Ah, tampaknya kombinasi yang sangat tidak baik untuk sarapan. Baru beberapa suap dan tegukan rasanya sudah sangat kenyang dan agak mual karena semuanya manis.

"Udah ya, bu.. kenyang.."
"ayo, dikit lagi.. donatnya belum habis, itu juga susunya masih banyak.."
akhirnya pelan-pelan saya berusaha menghabiskan donat dan susu coklat tersebut. Kemudian ibu saya tiba-tiba berkata,
"ayo, dihabisin.. jangan dibuang ke luar jendela, ya.." ucapnya sambil tersenyum
heh? maksudnya? kayaknya di sekitar kami ketika itu tidak ada jendela?
"kok jangan dibuang ke luar jendela? Maksudnya apa, bu?" tanya adik saya.
"Iya, mbakmu ini dulu pas waktu masih kecil kalo disuruh makan jarang dihabisin, terus makanannya sering dibuang ke luar jendela yang deket ruang makan. Pas ibu lagi beres-beres baru nyadar, kok di deket jendela banyak nasi begini.." jawab ibu saya sambil tersenyum ke arah saya yang jadi terbengong mendengarnya.

Membuang makanan ke luar jendela? astaghfirullah.. kejadian itu sudah sangat lama dan bahkan saya sudah lupa, dan lebih parahnya saya kira ibu saya tidak pernah tahu kalau saya pernah melakukan tindakan "kriminal" itu. Namun ternyata ibu saya tahu dan seingat saya beliau belum pernah memarahi saya karena tindakan "kriminal" itu. Huaa.. ibuu.. >.<

Mungkin seringnya begitu, atas kesalahan yang diri lakukan, ada orang lain yang masih mengingatnya padahal kita pun sudah benar-benar lupa. Atau, atas kesalahan yang diri lakukan, orang-orang tidak marah pun menghukum bukan karena mereka tidak tahu, bisa jadi mereka hanya memilih untuk diam dan memaafkan.

Ah, ini baru tentang mahluk-mahluk di dunia. Yang masih punya sifat lupa sehingga mungkin akan mengabaikan kesalahan-kesalahan kita. Tidakkah kau sering melihat, ada pesohor yang kemarin sore baru berbuat kesalahan namun besok siang sudah jadi buah bincang yang penuh pujian ? Bangsa kita, bangsa yang "mudah lupa", demikian mereka sering menyebutnya.

Sekali lagi, ini baru tentang mahluk-mahluk di dunia. Yang begitu picik penglihatannya, begitu dangkal dan terbatas penilaiannya, hingga yang nampak hanya yang baik-baik saja dari diri kita.

Ya, ini baru tentang mahluk-mahluk di dunia
ketika ibu saya ingat, sebenarnya ada yang lebih ingat, bahkan jauh sebelum diri ini mampu mengingat
ketika ibu saya tahu, sejatinya ada yang jauh lebih tahu, bahkan tiada terlewat meski hanya seujung kuku
ketika ibu saya akhirnya mengungkapkan kesalahan yang pernah saya lakukan, bukankah ada yang sanggup menampakan semua kesalahan dengan lebih detail dan lebih gamblang? Bahkan hingga sebesar zarah pun tak terlewatkan..

:'(
 ah, dan ketika ibu saya tahu kesalahan saya namun memilih untuk diam, memaafkan, dan memberikan kesempatan juga menuntun saya untuk berubah lebih baik, sebenarnya ada Dia yang lebih dari itu semua..

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Hadiid: 4]

“…Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Al Baqarah :233]

“…Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” [Al Baqarah :237]

“…Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” [Al Mu'min 44]

"Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya)" [al-Hâqqah:18]

“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (asy-Syura: 30)


"Allah telah memaafkan apa yang telah lalu." (5:95)

"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, dan memaafkan kesalahan-kesalahan, dan mengetahui apa yang kamu kerjakan." (42:25)

”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)


Lintang,
Allah tidak tidur, sayang..
Ia Maha Tahu.. Ia Maha Tahu..
bisa jadi Ia telah memaafkan, bisa jadi hukumanmu sedang ditangguhkan, atau bisa jadi kau dibiarkan tanpa hukuman adalah suatu bentuk hukuman lain dari-Nya -ya, sebutlah itu dengan  pengabaian. Ia mengabaikanmu, lebih mengerikan,bukan?-
dan kamu tak tahu ada di posisi mana dirimu sekarang,
maka tidakkah kau merasa (sangat) perlu untuk menyegerakan memohon ampunan?

T___T

No comments:

Post a Comment