Saya selalu sangat merindukan waktu berkumpul dengan mereka dalam lingkaran-lingkaran. Dan ada perasaaan seperti semacam "ketagihan". Oleh karena itu saya teramat susah menolak jika ada tawaran untuk lagi-lagi menambah lingkaran. Bukan karena merasa punya pemahaman mendalam, ah, ya tentu saja bukan. Bukan juga karena merasa menganggur dan punya banyak waktu luang (karena bukankah amanah memang selalu lebih banyak daripada waktu yang tersedia?). Tapi semua itu lebih karena sejatinya sayalah yang sangat membutuhkan kehadiran mereka. Saya yang sejatinya seperti tong besar berisi air (jangan dimaknai secara denotatif -_-a) perlu lingkaran-lingkaran tadi sebagai lubang. Lubang tempat mengalirkan isi tong.
Dulu, ketika tong itu sama sekali belum berlubang, begitu mudahnya saya merasa cukup dengan ilmu yang saya dapatkan. Ah, yang penting tahu sekilas dan yang penting saya ga bersikap aneh-aneh. Cukup, benar-benar merasa cukup dengan debit ilmu yang segitu-segitu saja. Astaghfirullah.. >.<
Isi tongnya juga gampang keruh dan berbau, banyak jentik-jentik nyamuk dan kebongce-nya pula. Ya, karena tidak isinya tidak pernah bersirkulasi dan mengalir.
Tapi dengan adanya lubang, lambat laun isi tong itu teralirkan dan tak pernah boleh menjadi kosong. Membuat saya harus senantiasa berjibaku mengisinya. Lagi dan lagi. Airnya juga selalu jernih, karena ia mengalir dan selalu terbarukan. Dan tentu saja ada perasaan bahagia karena tong itu bisa lebih bermanfaat.
Semakin bertambah lubangnya, semakin bersih air dalam tong dan juga semakin banyak debit yang teralirkan dan memberi manfaat. Tapi memang sebagai tong harus agak tahu diri, karena lubang yang terlalu banyak juga bisa membuat retak dan akhirnya membuat tongnya jadi rusak. Jadi harus benar-benar diperkirakan jumlah dan jarak antar lubangnya.
Ya begitulah. Selalu begitu sepertinya. Selalu saya yang lebih banyak belajar dari mereka. Dari tanya-tanya mereka yang tak terduga, dari sikap-akhlaq dan semangat mereka, dari masalah dan keluh kesahnya juga.
Seringnya , ketika menjelaskan atau menjawab sesuatu untuk mereka, sayalah yang tertegun. Darimana saya bisa bicara itu semua? Ah, pastinya ini kuasa Allah semata.
Bahkan, seringnya itulah jawaban permasalahan yang justru paling-paliiiiiiiiiiiiiing saya butuhkan di saat itu.
Oia, dengan sering bertemu mereka juga saya jadi semakin percaya bahwa kalau diri ini sedang futur tak perlulah jadi alasan, digembar-gemborkan, dan dipamer-pamerkan.
emang ada orang yang pamer-pamer kefuturan? -_-a
Ada, contohnya saya. Dulu. (semoga sekarang ga kambuh lagi)
Misalnya, kalau lagi futur muka agak ditekuk, badan secara ga sadar merunduk, kalo dimintai nasehat langsung bilang, "maaf,saya sedang futur.."
*ah..jitak..jitak..>.<
Ya, itu semua "dulu", sejak saya berobat ke klinik tong, eh, sejak saya bertemu mereka, ga bisa lagi pamer kefuturan. Harus tetap (setidaknya terlihat) dalam kondisi ruhiyah yang prima dan tetap siap jika dimintai nasehat. Bukan bermaksud munafik atau berpura-pura tentu saja. Seminimal mungkin hanya bermaksud memberikan hak mereka (untuk diberi nasehat) dengan baik dan tidak menularkan kefuturan yang tengah saya rasakan. Dan setelah itu, setelah bersikap demikian, futur yang saat itu terasakan malah jadi hilang, entah itu karena senyum dan semangat mereka ataupun juga karena nasehat-nasehat yang tetiba meluncur dari mulut sendiri yang justru ternyata merupakan nasehat yang paling dibutuhkan oleh telinga saya sendiri.
alhamdulillah..
Salah satu contohnya seperti hari ini,
Hari ini di salah satu lingkaran kami membahas hal yang sebenarnya agak mengerikan, tentang "dzalim-mendzalimi" >.<
Lalu sang kodok, eh sang adik bercerita, kurang lebih..
" Allah itu memang Maha berkehendak ya,kak.."
"Oh,iya.."
"Akhir-akhir ini saya lagi ngerasain banget,kak..Saya habis dzaliiim banget sama seseorang. Emang bener ya kalo rasa marah itu bikin kita jdi ga adil waktu membalas kesalahan orang. Awalnya memang dia yang duluan salah,kak..tapi kemudian karena saya marah saya bales dia dengan sikap-sikap yang menyakitkan banget. Ibaratnya dia salahnya 1 tapi saya balesnya 10. Dan sekarang semuanya malah jadi berbalik,kak.. sikap dia jadi berubah dan jadi sangat menyakitkan. Saya jadi merasa kalau Allah sedang berkehendak menunjukkan ke saya kalau ini lho rasanya kalau hati kita disakiti.."
jadi ngerasa agak sesak, tertohok >.<
"Padahal ya kak, orang yang saya sakiti perasaannya itu kan pacar saya, sekarang udah mantan sih.."
upss >.<
"dia itu dulu sayaaaaang banget sama saya, mau saya jahatin kayak gimana pun juga dia selalu bersikap baik dan maafin saya. Bahkan dia sendiri pernah bilang gitu, mau saya sejahat apapun sama dia, dia akan selalu maafin dan sayang sama saya. Tapi setelah kejadian kemarin, dia jadi berubah total. Dia kayaknya udah ga mau lagi kenal sama saya, dan ah,ya gitu deh kak..sakit banget rasanya.."
angguk-angguk
"Saya merasa kalo Allah sekarang bener-bener lagi ngingetin saya bahwa Dia Maha Kuasa buat ngebolak-balik segalanya. yang tadinya sayaaaang banget sama saya bisa aja sekejap Allah balikin jadi benci. Dan juga Allah kayak ngingetin kalo segala bentuk kedzaliman saya sama orang lain tuh gampang banget lho dibales sama Allah..gampaaaang banget.."
jleb..jleb... >.<
" dan kayaknya dia udah ga mau kenal lagi kak sama saya. Kita ga pernah komunikasi lagi bahkan lewat dunia maya sekalipun, tulisan-tulisan tentang saya dihapus, semua jalur komunikasi diputus. Saya ikhlas dan bersyukur kok kak hubungan ini berakhir, tapi silaturahim kami harusnya kan ga harus berakhir jadi ga enak gini.."
kok dejavu,ya -_-"
"Ini tandanya Allah sayang banget.. makanya dijauhkan gitu dari hal-hal ga bermanfaat semacam ini. Jadi inget, pernah baca tentang tips terapi buat yang lagi patah hati. Isinya kurang lebih :
If you are trying to get over a person you can’t be with, treat it like an addiction:
1. Cut yourself off from the drug completely:
Cut off all communication and reminders–even if that means blocking numbers, emails, a Facebook profile, and stop checking their Facebook, Tumblr, Blog, Twitter, etc! This is your detox.
2. Replace it with something better:
Increase in your thikr (remembrance of Allah) and get closer to Allah. If you aren’t praying your daily prayers, fix that. Pray all and pray on time. Pray qiyam in the last third of the night (just before fajr). Make duaa, tawbah (repentance), cry, plead to Allah. This is your treatment.
ya, jadi hal itu mungkin semacam upaya detoksifikasi dan penyembuhan yang dia lakukan, dan kita juga seharusnya melakukan hal itu. Untuk masalah silaturahim, ya entar juga kalo hati masing-masing udah ga sakit, insyaAllah juga akan membaik sendiri, dengan jalan yang diridhoi-Nya tentunya.."
nah,yang begini ini,nih..bisa-bisanya dan berani-beraninya lintang ngomong gini..>.<
alhamdulillah (untuk jawaban2 yang saya juga entah kenapa bisa mengucapkannya)
astaghfirullah (untuk hal2 yang salah ataupun kebenaran yang belum terlaksanakan)
fiuuuhh... >.<
segini dulu aja,deh..
untuk adik-adik di berbagai lingkaran..
jazaakumullah khairan katsiran :')
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not, and who I am
No comments:
Post a Comment