Thursday, January 31, 2013

Tahu Diri


Hari ini agaknya bermula agak mengesalkan. Tapi lagi-lagi selalu berujung pada suatu fase "tahu diri". Tahu bahwa diri sendirilah yang paling layak untuk dikritisi dan diperbaiki. Terlepas bahwa mungkin orang lain juga punya saham kesalahan.

"saya harap kamu bisa mengerti bahwa kita tidak sedang bermain-main disini. Kita sedang mencoba tapi tidak "mencoba-coba"..paham, kan ya?"


"fahimna, teh..fahimna..
tapi sungguh saya juga tidak sedang bermain-main. setidaknya tidak bermaksud begitu.

bagaimana,ya..saya sangat suka sekali bila bisa menyederhana. tapi untuk masalah ini, mungkin karena sedemikian rumitnya, baginilah tahap paling sederhana yang saya bisa. 

sesederhana sulitnya saya untuk menganggukkan kepala dan berkata "iya".
bukannya memang begitu,kan? terkadang ada hal yang sudah susah payah kita yakinkan tapi hati tetap saja merasa takut untuk menggenggamnya dalam-dalam."

"teteh juga tidak meminta agar semua berakhir anggukan. hanya saja, jangan memulai semuanya dengan keraguan. kamu tahu benar kan dari mana asalnya keraguan?"

".."

" bukan lagi perasaan satu dua orang yang dipertaruhkan sekarang. jangan menjanjikan perjalanan yang kamu sendiri sebenarnya enggan menempuhnya sampai tujuan.."


---------------------------------------------------------------------

Ini menohok, sekali lagi. Bahwa di dunia ini memang tak pernah ada tempat untuk keputusan setengah hati. Karena dengan begini hanya berlari dari satu kebimbangan ke kebimbangan yang lain. Berputar di penyesalan masa lalu dan kecemasan masa depan, tak pernah benar-benar "hidup" di masa sekarang.

Ini menohok, sekali lagi. Bahwa ada yang terlampau tak layak tersakiti hanya karena keputusan-keputusan yang setengah hati. Ada harapan yang terlalu lapang untuk ditampung dalam jiwa yang menyempit karena keragu-raguan.

Dan sekali lagi, memang harus lebih tahu diri. Setidaknya tentang apa-apa yang benar-benar diingini, atau lebih tepatnya apa yang seharusnya dituju dan diingini.

Ridho-Nya saja,bukan? Jawab!

T_T

kalau iya, pasti semuanya akan terasa ringan dan membahagiakan.

Ada yang sudah dibekali kesiapan, tapi belum diberi kesempatan

Ada yang sudah dianugerahi kesempatan, tapi belum dititipi kesiapan

Tapi ada juga yang di amanahi kesiapan sekaligus kesempatan

Tak masalah mana yang akan Dia berikan, asal Dia ridho, lalu dimanakah letak masalahnya ?











” Ya Allah aku memohon agar Engkau pilihkan dengan ilmu-Mu..”

6 comments:

  1. Baraakallah, Semoga Dimudahkan...

    ReplyDelete
  2. tapi,akhirnya jawabannya tetep "tidak" kan,ya?
    menjawab tidak dengan sepenuh hati?

    ReplyDelete
    Replies
    1. jawaban untuk pertanyaan apa,ya? ^.^a

      Delete
    2. itu ttg jawaban "untuk meniti jalan hidup keislaman secara menyeluruh dan menyempurnakannya" ?

      Delete
    3. ya kalo pertanyaannya "cuma" kayak gitu pasti dijawab "iya dengan sepenuh hati" -_________-a

      haha, ini komen2 di atas sama balesan saya kayaknya makin membuat ambigu. mana banyak banget yang komen pake akun anonim pula, jadi takut salah ngejawabnya.

      Delete