Sunday, February 24, 2013

Betapa Sesungguhnya


Dan bila kau telah sampai pada ujung lautan, beritahu pada senja segala rasa yang membeku meski waktu tetap berlalu. Lalu leburlah kau bersama ombak, bersama semua rasa yang tak terucap


Kemarin sudah cukup bingung ketika menimbang, apa ya yang akan diberikan. Jam tangan, kemahalan. Dan sudah punya. Kemeja? Pakainya sesekali saja. Ah, akhirnya memutuskan memberi apa yang saya suka saja, buku. Tapi dibaca ga,ya? Dia kan sibuknya luar biasa.

Ah, ya sudahlah. Buku saja. Tapi belum selesai perkara, nanti memberikannya bagaimana? Haa..malu..
Apa dipaketin aja? Atau diam-diam diletakkan di depan pintu? Atau..



Tulilut..tulilut..
Yak, ibu menelepon
" hari ini jadi pulang kan?"
"iya, jadi . Insyaallah. Ini udah mau naik travel"
"bawa hadiah,ga?"
glek..
"Hmmm..rahasiaaa.."
ya, singkatnya begitu.

Di perjalanan masih saja terpikirkan. Bagaimana ya cara memberikannya? Ah, membayangkannya saja jantungku sudah berdegup lebih kencang. Terakhir kali mencoba melakukan hal yang seperti ini, agak gagal. Rangkaian kata yang sudah tersusun rapi di kepala, mendadak buyar seketika. Dan pernah juga ketika aku memberimu seloyang kue pisang, yang pertama kali kubuat dengan entah berapa kilogram rasa sayang, kau tersenyum mencicipinya sambil berkata, "wah, ada maunya ya? Hehe. Kok, ga biasanya?"
dan akupun menjawab sekenanya, "Oh, tadi kebetulan bahannya nyisa, jadi bikin satu loyang lagi deh.."

Lalu waktu pertemuan pun datang. Seperti biasa kita berbincang tentang kabarmu, kabarku, sebenarnya lebih tepatnya ceracau panjang tentang kabarku. Dan seperti biasa juga, kau akan membalas ceracau panjang itu dengan satu atau dua celetukan yang lucu dan menyenangkan.

Dan tibalah saatnya aku pulang. Hadiahnya? Lupa? Tentu saja tidak, hanya saja aku berusaha mencari momen yang tepat- sebenarnya sih menunggu keberanian yang entah mengapa sampai waktu pulang tak kunjung datang-.

Hadiah itu masih tersimpan rapi di dalam tas. Kemudian, ketika tiba saatnya aku harus benar-benar pergi dan sudah berpikir, "ah, mungkin waktunya memang bukan saat ini, mungkin lain kali.."
ibu saya menyeletuk dengan suksesnya kala aku tepat berada di hadapannya,

"katanya kemarin mau ngasih hadiah?"
dan kau pun menjawab, "ah, ga usah hadiah-hadiah segala.."
akhirnya aku pun mengeluarkannya, sebuah buku dengan pembungkus berwarna coklat yang manis.
"ini.." aku pun menyodorkannya sambil menunduk malu-malu. Entah, mungkin sudah seperti tomat mukaku saat itu.
"wah, makasih ya..padahal didoain aja udah seneng banget,kok.."

:')
yah begitulah, mungkin karena kita sama-sama sanguinis agak geli jika harus beromantis-romantis.
Tapi percayalah, tak pernah absen namamu kueja dalam doa.

Ingin kugantungkan cintaku pada bintang
agar kau dapat melihatnya ketika langit berubah kelam
atau kugumpalkan menjadi awan
agar kau dapat merasakannya dalam setiap rintik hujan
atau kubisikkan saja pada angin
agar engkau tahu betapa aku rindu






Spesial untuk pria pertama yang dengan suksesnya menempati ruang yang teramat besar pada hati saya,
Tommy Mukti Widyastomo
Barakallahu fii umrik..
46 tahun sudah
semoga apa-apa yang telah silam dan apa-apa yang akan menjelang dipenuhi keberkahan
:')
maafkan putrimu ini yang sering sekali menyusahkan


ayah dengarlah..
betapa sesungguhnya kumencintaimu
kan kubuktikan..
kumampu penuhi maumu 


jadi teringat suatu ketika di suatu senja, saat perjumpaan pertama kelompok kami. Saling berkenalan pun dilakukan. Salah satu poin yang harus disebutkan dan dijawab oleh masing-masing orang adalah "Siapa orang yang paling dikagumi? Tapi selain Rasulullah,ya..misalnya pahlawan, penulis, tokoh, atau apalah.."
dan saya pun menjawab dengan bangga, "ayah saya.."

:')

4 comments:

  1. Aah,, sempat deg2an di awal,,
    :)

    ***

    Hemm,,, indah banget, bersyukurlah teh Lint,, err,,, Lintang masih diberi kesempatan untuk memberi hadiah kepada ayah,,
    masih bisa mengatakan, "aku bisa kan yah" atau semacamnya,,
    masih bisa membuat beliau tesenyum,,
    masih bisa membantu pekerjaan beliau,,
    masih bisa memberi pijatan atau semangat di kala beliau lelah,,
    :)
    dan beliau bisa melihat anak perempuan kecilnya yang dulu dibanggakan,, kini telah tumbuh, berprestasi, dan jauh bisa dibanggakan,,

    aah,, jadi kelilipan kan,,

    ***

    hmm,,,
    rindu ayah adalah rindu akan sosok yang saya ingin jadi sepertinya,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah, "dibanggakan", rasanya masih sangat jauh, kak. Pun seisi dunia diberi mungkin belum bisa mengganti. Tapi semoga kelak saya bisa menjadi amal jariyah bagi mereka dan mempersembahkan bagi mereka "mahkota dari cahaya" aamiin >.<


      haha, kadang saya geregetan ingin mengubah pengaturan blog ini biar ga ada yang bisa komentar pake akun "anonim"
      tapi..ya, sudahlah

      Delete
    2. aamiin,,,
      :)

      ***

      sabar,,
      belum saatnya muncul sekarang, insha Allah ada waktunya,,
      toh, kata Lintang, kayak layangan,,
      yang selama masih ada angin masih sulit untuk diturunkan,,
      bukan jemuran yang kepanasan, yang menunggu hujan, agar segera diangkat oleh sang majikan,,
      kan?
      :D
      *bicara apa sih,, lupakan,,

      ***

      emm,, beberapa postingan dihapus ya?
      -_-a
      saya nyari yang ada komen saya ko ngga ada,,

      ***

      emm,,, misal,, ya,, misal,,
      kalo ngga enak dengan komen saya, yang dihapus komen saya aja, jangan postingannya :) kasian dunia masih banyak yang belum baca,,
      misal lho ini,, bukan suudzon,,

      Delete
    3. dihapus? oia? yang mana?
      sejauh saya nulis di sini baru 3 tulisan yang saya hapus (2 sengaja, 1 kesalahan teknis -_-a)
      dan seinget lintang dari yang dihapus itu, ga ada yang ada komen kakak..

      Delete