Monday, February 18, 2013

Hanya Sekedar...


Aku selalu tersenyum ketika melihat mobil hijau yang sedang terparkir manis di depan rumah. Aku masih ingat kata-katanya saat membujukku untuk membeli mobil hijau itu. Sungguh, aku bukan membenci hijau. Tapi mobil dengan warna hijau? It’s not my taste. Namun dia berhasil membuatku menganggukkan kepala.
“Kita beli yang ini saja yah, dear? Katanya sambil mengusap-usap kaca spion mobil hijau antik itu. Aku menggeleng.


“Yang hitam sajalah. Yang hijau itu aneh Abi.” Aku berusaha sabar. Tapi dari matanya aku tahu, dia belum menyerah. That fighting spirit of him that I really love. ^_^
“Iya sih yang hitam lebih elegan, Mi. Tapi hitam kan pasaran, Mi. Warna hijau jarang yang punya. Abi juga sukanya ma warna hijau, eh, Mi.. Rasulullah kan juga sukanya warna hijau, hehehe” Ucapnya dengan mata penuh ekspresi menggoda lalu tersenyum menang. Dia tahu aku akan mengiyakan. Dan aku hanya bisa mengangguk. Dia takkan menyerah. Percuma. Curang memang dia membawa-bawa nama Rasulullah yang sungguh mulai makin aku kagumi. Tapi aku suka, karena entah dalam bercanda atau dalam serius, dia selalu mengajariku dan mengingatkanku tentang  hal-hal yang berkaitan dengan Rasulullah.

Seperti beberapa hari yang lalu, saat kami (akhirnya) makan sate kambing bersama.
"Ga suka daging kambiiing.." ucapku agak merajuk. Kemudian dia menatap dengan tatapan teduhnya sambil berkata,
"Mi, daging kambing muda itu baik. Baik buat yang suka darah rendah, terus..eh, pasti jauh lebih ngerti,ya? Haha.." ucapnya sambil menoyor, eh ga ding,hehe..mengusap-usap kepalaku dengan lembut maksudnya.
"Dan juga,mi.." ,lanjutnya, "Rasulullah kan suka banget sama daging kambing.."
Ok. Skakmat.
Begitulah.
Sekecil apapun urusannya, dia dengan sabar selalu memberitahuku, membimbingku, tidak menertawakan kesalahanku. Dia ingin, aku, kami, bisa selalu berjalan bersama menggapai cinta Allah dan Rasulullah. Meski aku masih baru di jalan ini. Meski aku baru belajar mengenal apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh pembawa cahaya itu. Meski aku harus membuatnya memelankan langkah, menungguku yang merangkak. Bagaimana bisa aku menolak? Anggap saja kompromi tentang mobil hijau atau daging kambing ini adalah kado kecil dariku untuknya. Kado kecil, karena aku tahu semua yang dilakukannya untukku takkan pernah bisa kubayar.
Mobil hijau itu perlahan melaju. Aku berdoa semoga mobil hijau itu akan selalu mengantarnya pulang dengan selamat. Imamku yang tercinta.





*Percayalah,
ini hanya sekedar, hmm..katakanlah "cerpen fiksi"
:D

No comments:

Post a Comment