hai, kemarilah jiwa
mari duduk sejenak untuk berbincang
mari membasuh sejenak wajahmu yang mulai buram
mari kembali membuka catatan dan sedikit merenungkan..
Kalau berani mengukur dengan jujur, jika bersedia menimbang dengan tenang, maka seharusnya tak ada penyesalan dan tidak keberterimaan.
sebagian besar dari kita..
sering kali tidak sabar dengan ketetapan Allah, sering melihat dari sisi negatif segala hal yang terjadi tidak sesuai dengan rencana maupun harapan kita. Mengapa itu sering terjadi? Mungkin karena prioritas kita yang kacau. Kita lebih mempercayai diri kita daripada mempercayai Allah. Kita lebih mempercayai apa yang kita anggap baik daripada mempercayai hal-hal baik yang telah Allah rencanakan..
Dari kisah nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail) kita dapat belajar betapa mereka begitu yakin akan perintah dan ketetapan Allah. Betapa mereka yakin ketetapan Allah adalah yang terbaik dan mereka percaya bahwa Allah tak mungkin menyakiti mereka..
Mau kita sedang susah ataupun senang, gagal maupun berhasil, sakit atau sehat, Allah tetap ada. Jadi haruskah ada bedanya pada cara kita menyembah dan taat?
Apakah tidak mungkin orang yang terkena kanker lebih dicintai dan dekat pada Allah dibandingkan orang yang sehat?
Apakah tidak mungkin orang yang sengsara dan miskin lebih tinggi derajatnya di mata Allah dibandingkan orang yang sukses dan kaya?
Kita tak dapat menilai hal yang terlihat seperti ketaqwaan seseorang, tapi yang selalu harus teryakini adalah apapun kondisi yang allah tetapkan bagi sesorang itu pasti adalah rencana terbaik Allah untuk orang tersebut.
prioritaskan penilaian Allah, bukan penilaian diri atau manusia lain.
prioritaskan efeknya pada kehidupan akhirat kita, bukan efeknya bagi kehidupan dunia.
adakah artinya penyesalan atas gagalnya mimpi-mimpi kita jika hal itu memang mendekatkan diri kita pada Allah?
hingga Rasulullah, pada hari-hari terberatnya pun berkata di akhir doanya,
"Selama Engkau tidak marah padaku, aku tak peduli.."
Allah tidak pernah berbuat tidak adil pada kita, kita yang sering bersikap tak adil dalam menyikapi takdir Allah.
Semoga kita dapat menyikapi takdir yang telah Allah tetapkan, entah itu takdir baik ataukah takdir (yang kita anggap buruk) dengan sabar dan syukur serta senantiasa berperasangka baik kepada-Nya.
“And when he reached with him [the age of] exertion, he said, “O my son, indeed I have seen in a dream that I [must] sacrifice you, so see what you think.” He said, “O my father, do as you are commanded. You will find me, if Allah wills, of the steadfast.” And when they had both submitted and he put him down upon his forehead, We called to him, “O Abraham, You have fulfilled the vision.” Indeed, We thus reward the doers of good. Indeed, this was the clear trial.” (Qur’an 37:102-106)
begitulah jiwa
semoga akhirnya kumenemukanmu, insyaAllah, termasuk kedalam golongan orang yang sabar
"you will find me, if Allah so wills, among those who are patient.."
No comments:
Post a Comment