Hati Tiga Dimensi

Khudzaifah bin Al Yaman ra dalam suatu kesempatan, mendatangi sahabatnya, Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. Tidak seperti biasanya, Khudzaifah yang juga disebut shahibus sirri (penyimpan rahasia) Rasulullah saw itu mendapati Umar dengan raut muka yang muram, penuh kesedihan. Ia bertanya, "Apa yang sedang engkau pikirkan wahai Amirul Mukminin?"

Hai, kamu.
Tadinya aku ingin menuliskan hal ini nanti saja tapi begitu banyak hal yang berputar-putar di kepala dan aku ini agak pelupa jadi lebih baik kutuliskan saja dulu meski aku juga belum tahu pasti kapan akan aku kirimkan.

Sepekan kemarin ada sesuatu yang sedemikian menggelisahkan. Tapi entah apa namanya. Kemana raga beranjak di situ "hal itu" selalu membuat sesak. Ah, menyebalkan. Bagaimana akan mengobati jika letak lukanya saja tak diketahui.

Yang kamu pikir tidak peduli padamu, mungkin yang mengingatmu setiap waktu. Dia, hanya tak pandai menyampaikan cemasnya.

--------------------------

Dan aku,
Hanya tak pandai...

Ah,.

--------------------------
Maka kala raga tak mampu menjangkau jauhnya
Atau lisan tak mampu menjangkau dengarnya
Biarlah kumelingkupinya dengan membuncahnya doa

Allah,
Hamba titipkan saudara hamba..
:')

Gulungan struk belanja terkadang bisa sedemikian panjangnya. Mungkin tak terlampau istimewa kecuali bagi para bendahara untuk bukti laporan keuangan atau beberapa ibu atau wanita yang rajin mengumpulkannya dengan seksama.
tidak termasuk saya sepertinya, karena jangankan struk belanja, dompet saja sering terlupa -_-"

yow..
its not the end
its just the begining..

Di suatu sore kemarin, kembali diingatkan bahwa, seindah, sehebat, dan selega apapun, ini hanyalah awal dari sebuah penjagaan yang panjang. Karena diri tak pernah tahu apa-apa yang bisa mengotori bahkan merusak hal ini nantinya.

http://www.youtube.com/watch?v=TdN5GyTl8K0&gl=ID&hl=id



Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake

Meninggikan suara. Berteriak, begitu beberapa orang menyebutnya.
Terkadang kita memang perlu meninggikan suara. Ketika secara fisik kita tengah berjauhan, misalnya. Butuh suara yang bervolume keras atau tinggi agar apa yang terkata sampai dan dimengerti.

Teguran dari Allah memang bisa datang dari mana saja. Bahkan dengan cara yang nampak teramat sederhana..

Jumat kemarin, ketika membaca surat Al Kahfi, entah kenapa saya terhenti di suatu ayat, suatu kalimat lebih tepatnya. Terhenti karena merasa sulit sekali membacanya. Padahal ini bukan membacanya untuk kali pertama. Lidah ini seperti sulit sekali melafalkannya. Sampai-sampai saya mengulangnya nyaris sepuluh kali.

Kenapa ini ???

Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan bukan yang kau inginkan

Ah, apa iya?
Hmm, akhir-akhir ini saya semakin menyangsikan kalimat di atas. Dan kalau ditilik lebih jauh, sebenarnya perkataan ini bukan ayat Alquran atau hadits, kan? Berarti saya punya hak untuk tidak sepenuhnya setuju (atau sepenuhnya tidak setuju?) dengan kalimat di atas.

"L: kalo ada orang yang bikin kue..

kemudian orang yang membuat kue tersebut memakan kuenya,boleh ga?

W:ya boleh

L: kalo kuenya dia kasiin ke orang lain,boleh ga?

W: ya boleh..

L: kalo oleh orang itu kuenya dibuang atau diinjek atau didiemin aja,boleh ga?

W: ya boleh sih,kan dia yang bikin dan dia yang punya,jadi terserah dia

L: nah,begitu juga Allah. Kita kan mahluk ciptaan-Nya,jadi ya terserah Allah dong mau memperlakukan kita seperti apa,hanya saja bedanya dengan si pembuat kue, Allah tidak akan mendzalimi kita, Dia akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita,hanya saja terkadang kita yang terlampau bodoh untuk menyadari bahwa semua ini adalah yang terbaik"



Saat aku tak paham maksud Rabbku, aku memilih tetap percaya..
:')

“Janganlah kamu mencari teman yang terlalu sempurna di mata, cukuplah yang ikhlas berusaha menyempurnakan agama-mu dengan cara yang dicintai Allah.”

L: (muka cemberut)
F: "kok tiba-tiba diem,siih? Ayo, dong.. cerita..cerita.."
L: (tetap cemberut)
F: "Hmm..ya, udah deh. Main tebak-tebakan aja. Siapa yang menemukan matematika?"
L: (masih cemberut, tapi sambil agak mikir)