Thursday, August 9, 2012

Sedikit tentang Kriteria



bismillahirrahmanirrahim..

Mengejar tanpa tahu seperti apa hal yang kita kejar adalah konyol. Begitu juga setiap ramadhan, ketika kita diperintahkan untuk shaum agar kita bisa meraih predikat taqwa, tapi konyol rasanya jika kita tak tahu seperti apa taqwa itu. Hmm..


TAQWA

Ketika kita membaca Al Qur'an, akan sangat sering sekali kita menjumpai kata "taqwa".

"..agar kamu bertaqwa.."
"..disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.."
"..pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa"
"..dan bertaqwalah kepada Allah.."

ah, masih banyaaaak lagi. Mengapa Allah SWT sering sekali menyebutkan kata taqwa?

"..Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an.." (QS An'am : 70)

Allah says: Remind (them) with the Quran...


hmm,ya..Allah menyebutnya berulang kali agar kita ingat, ingat tentang taqwa. Karena pada dasarnya manusia memang pelupa , lupa akan hakikat taqwa, dan juga sering lupa mengejar dan menerapkan taqwa dalam kehidupannya. Semakin sering kita diingatkan tentang suatu hal berarti ini menunjukkan bahwa kita memang sering melupakan hal tersebut, begitulah mungkin salah satu tujuan Allah mengulang-ulang penyebutan kata "taqwa" dalam firman-firman-Nya.


Salah satu rangkaian ayat yang menyebutkan tentang taqwa ada pada QS Ali Imran ayat 133-135.




Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa (3:133)


Menarik, pada ayat di atas Allah menggabungkan dua hal yang agak bertentangan sehingga menggelitik logika. Di awal Allah memerintahkan untuk bersegera tapi Allah juga menyebutkan bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi. Mengapa memakai kata "bersegera" bukan kata "masukilah" atau "raihlah" saja ? Toh surga sangaaaaat luas dan pasti mampu menampung berapapun jumlahnya.

Hmm, biasanya kita akan bersegera pada hal-hal yang kita anggap penting bagi kita. Segera pergi kuliah, segera mengerjakan TA (uhuk..uhuk), segera ke atm pas uang habis, dan sebagainya. Nah, pada ayat  di atas Allah menyebutkan bahwa kita harus bersegera pada ampunan-Nya. Ini berarti Allah ingin menegaskan bahwa ampunan-Nya adalah hal yang sangat penting bagi kita karena siapapun kita tak pernah lepas dari dosa.

Selanjutnya, disebutkanlah surga yang seluas langit dan bumi. Bumi yang ukurannya sudah kita ketahui saja sudah sebegini luasnya, apalagi digabung dengan langit!

Tapi ternyata surga yang seluas langit dan bumi itu tidak disediakan bagi sembarang orang, surga itu hanya disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Orang bertaqwa? Yang seperti apa?



(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (3:134)

#1
Orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit. Allah di sini menggunakan kata infaq bukan amwaal. Kata amwaal hanya berarti harta yang bersifat benda atau aset sedangkan infaq meliputi harta, waktu, pikiran, energi, prioritas, masa muda, kebahagiaan, dan sebagainya. Itulah yang Allah minta untuk kita berikan di jalan-Nya baik dalam keadaan lapang maupun sempit.

#2
dan orang-orang yang menahan amarahnya. Pada suatu penafsiran, kata "menahan" (restrain) juga diartikan sebagai "menelan" (swallow) . Menelan amarah ?
Ya, bayangkan ketika kita mengunyah makanan pada mulut kita. Orang lain akan mengetahui jika kita tengah mengunyah makanan karena mulut ataupun pipi kita ikut bergerak. Beda halnya ketika kita menelan, orang lain akan sulit melihat proses ketika makanan dalam mulut kita telan dan masuk ke kerongkongan. Begitu juga yang Allah perintahkan untuk kita lakukan ketika kita marah, jangan perlihatkan rasa marah itu. Meskipun rasa marah itu ada, jangan perlihatkan dan enyahkan saja rasa marah itu, seperti saat kita menelan makanan.

#3
dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
pada ayat ini Allah tidak menggunakan kata "ghafiir" melainkan menggunakan kata "afiin" . Hal ini berarti Allah ingin kita tidak hanya memaafkan, melainkan memaafkan dengan cinta. Memaafkan, entah yang berbuat salah itu meminta maaf atau tidak. Memaafkan, tanpa menyisakan dendam ataupun kebencian.

Terkait memaafkan, jadi teringat kisah Abu Bakar Ash Shidiq RA ketika peristiwa haditsul ifq menimpa putrinya, Aisyah RA. Dan ternyata ketika peristiwa fitnah itu menimpa putrinya dan menyebar luas, salah satu orang yang turut menyebarkan berita tersebut adalah Misthah, kerabat Abu Bakar yang tergolong miskin dan selama ini dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar. Hal ini tentunya membuat Abu Bakar sangat marah (bayangkan saja, Abu Bakar adalah orang yang paling mencintai Rasululullah SAW. dan ketika peristiwa itu terjadi Rasulullah amat terpukul, terlebih lagi fitnah itu terjadi pada Ummul mukminin yang tidak lain adalah putrinya sendiri) dan sebenarnya sangat bisa memberikan hukuman pada Misthah. Tapi ternyata Abu Bakar tidak menghukum Misthah, ia hanya bersumpah untuk menghentikan bantuannya terhadap Misthah. Sudah sangat luar biasa bukan mengingat betapa besar kesalahan yang dilakukan Misthah?

Namun ternyata Allah menetapkan standar yang lebih tinggi daripada itu..
kemudian turunlah ayat

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An Nuur:22)


Maka Abu bakar berkata, "Tentu, demi Allah, aku menginginkan agar aku diampuni Allah Ta’ala". Maka beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah yang dulu beliau beri nafkah. Dan beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan nafkah untuknya." (HR. Bukhari dan Muslim. Lihat Tafsir Alquran Al Azhim, karya Ibnu Katsir rahimahullah).

ya, hendaklah memaafkan dan berlapang dada..Bukankah kita juga sangat ingin Allah memaafkan kita bagaimanapun besarnya dosa kita ? :')


#4

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (3:135)

Ayat di atas menyebutkan kriteria ketiga dari orang bertaqwa..
Orang bertaqwa bukanlah yang bebas dari dosa, melainkan mereka yang apabila mengerjakan perbuatan keji dan menyakiti diri sendiri segera mengingat Allah dan memohon ampun.



“Jikalau seseorang hamba itu melakukan sesuatu dosa lalu dia berkata: “Ya Allah, ampunilah dosaku,” 
maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta’ala: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa, lalu dia mengerti bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. ”

Kemudian hamba itu mengulangi untuk berbuat dosa lagi, lalu dia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi dia tetap mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu.” 

Seterusnya hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah dia berbuat sekehendak hatinya.”

 (Muttafaq ‘alaih)

Salah satu trik yang dilakukan setan untuk menjerumuskan kita adalah rasa putus asa terhadap ampunan Allah atas dosa yang telah kita perbuat. Pernah melakukan suatu kesalahan terhadap seseorang kemudian kita menjadi merasa enggan menemui orang tersebut ? misalnya kita lupa mengerjakan PR atau tugas sehingga kita merasa enggan bertemu dengan guru kita? Nah, itulah perasaan yang ditimbulkan setan ketika kita berbuat dosa, dia membuat kita enggan memohon ampun dan mendekatkan diri pada Allah. Padahal siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah ? :'(

Pernah melihat seorang anak kecil yang menangis karena dimarahi oleh ibunya di pasar atau di tempat umum lainnya? Entah karena dia bandel atau rewel atau apalah. Lalu apa yang dilakukan anak kecil itu? ternyata dia tetap mengikuti ibunya dan bahkan menggandeng tangannya. Karena bagi anak kecil itu, ibunya adalah dunianya, ibuya adalah tempat ia kembali senakal apapun perbuatan yang telah ia lakukan. Seperti itulah yang harus kita lakukan dalam kehidupan, seberat dan sebesar apapun kesalahan kita, kita tetap tak boleh berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Karena jika bukan pada Allah, lalu pada siapa kita akan kembali?


Ya, begitulah beberapa kriteria orang bertaqwa..
dan, walaupun di ayat 132 Allah telah menyebutkan bahwa surga yang seluas langit dan bumi memang disediakn bagi orang bertaqwa, ternyata di ujung pemaparan kriteria orang bertaqwa ini Allah kembali menyebutkan ganjarannya..

“Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang sungainya mengalir dibawahnya, mereka kekal didalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.” (3:136)





semoga di hari-hari terakhir Ramadhan ini kita bisa mengoptimalkan perjuangan agar bisa meraih gelar taqwa
aamiin ya Rabb >.<

Mari bersegeraaaa !!! \(^.^)9








2 comments:

  1. terimakasih. tulisannya menyentuh sekali. sy sampe mengharu biru +_+....#salam kenal dari depok :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah..
      salam kenal, rinaa.. ^_^
      makasi ya udah kesasar #eh maksudnya mampir, hehe

      Delete