Sunday, August 19, 2012

Pasir


Kita saat ini (seperti) berada di tepi pantai. Lalu aku menyaksikanmu mengukir di atas pasir, "sudah berapa kali kubilang, pasir terlalu rapuh untuk menyimpan semua yang telah kau ukirkan. Lihatlah, berkali-kali ombak menghapusnya dan membuat relief yang kau buat menghilang.." ucapku.

"aku tak keberatan melakukannya setiap hari jika itu hal yang bisa membuatmu selalu tahu aku ada di sini, dan jika beruntung, mungkin sesekali kita bisa berbincang pada saat untuk kesekian kali kau mengingatkanku lagi untuk berhenti mengukir di sini.."

"heuh.." aku berusaha menghembuskan nafas panjang, berusaha melegakan diri atas kata-kata menyembilu yang baru saja kau ucapkan. Tapi rupanya itu belum cukup menyayat sampai kau melanjutkan,

"Aku suka melukis di atas pasir, namun asalkan aku tak jadi butir pasir di pantai hatimu saja..yang tak pernah kau bedakan hadirnya dengan yang lain. Aku ingin jadi matahari saja di sana, yang tak tergantikan dan satu-satunya. Yang kan memberimu pagi hangat merona dan juga senja lembut terbalut jingga, yang kau syukuri kesendiriannya untuk menemanimu di tepi samudera. Boleh, kan? "





haduh..-_-a
*tepokjidat


No comments:

Post a Comment