Saturday, November 10, 2012

Adakah Ku Sedikit di Hatimu?



Berbincang sejenak dengan seorang saudara beberapa waktu yang lalu di kala senja. Tentang hidupnya, perjalanan panjangnya, cita-citanya, dan segenap kegemilangan yang ia miliki kini. Rasa kagum pun berdesakan, membuat saya berkali-kali ber-wah panjang dan berulang memuji Penciptanya.

"Hoho, ini berkat doa dari kamu juga,kok.." begitu celetuknya.
Celetukan biasa yang setelah itu berhasil membuat saya jadi pusing kepala.

Jawaban yang sederhana dan tidak salah memang. Tapi dihusnudzoni begitu membuat saya merasa agak seperti "ditimpuk sandal". *bletak!

Bagaimana tidak, saya sendiri sejujurnya benar-benar lupa kapan terakhir kali menyebut namanya pada doa-doa saya. Jadi teringat juga kalau seringkali banyak mendapat kalimat :
"doain, ya.."
"teman-teman saya besok ada ujian, mohon doanya ya semoga dimudahkan"
 atau kalimat-kalimat lain yang sejenis. Lalu dengan entengnya saya menjawab,
"oke,insyaAllah.."
sip. Beres.
Kemudian seringnya jarang sekali permintaan-permintaan itu terealisasikan pada doa-doa yang saya panjatkan. Terlalu sibuk berdoa untuk kepentingan pribadi. Atau justru terlalu (sok) sibuk hingga berdoa pun jarang ;



Ini mungkin "hanya" perkara bagaimana posisi saudara-saudara saya pada hati saya. "hanya" perkara saya yang sering lalai mendoakan saudara-saudara seperjuangan saya yang bahkan dengan penuh kesadaran minta untuk didoakan. Namun hal ini bisa merembet menjadi sikap merasa tidak perlunya berharap kebaikan berhimpun pada diri saudara-saudara saya, dan jika hal itu sampai terjadi (huaa..moga-moga ga sampe) maka patutlah dipertanyakan dengan tegas "APA BENAR KAU MENCINTAI SAUDARAMU??"

Rasanya jadi sesak sekali dan ingin menangis ketika mengeja ulang dengan perlahan sabda Rasulullah,

‘Seseorang diantara kalian tidak dikatakan beriman sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”.


Tidak beriman..
Hingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, termasuk mengharapkan kebaikan bagi saudaranya seperti mengharapkan kebaikan bagi dirinya sendiri, bahkan lebih. Termasuk mendoakannya seperti sesungguh-sungguh mendoakan diri sendiri, bahkan lebih..
Sekali lagi tidak beriman hingga kurang lebih seperti demikian..
:'(

Padahal di sisi lain betapa seringnya saya juga begitu merasa ingin dan butuh didoakan. Betapa merasa bahwa doa dari saudara-saudara saya adalah oksigen ketika saya tersesaki masalah. Dan betapa merasa bahwa doa-doa dari mereka yang seringnya membuat saya tak pernah merasakan kesendirian di jalan ini.



Baiklah.. saya berjanji,
Mulai sekarang akan kembali menata ulang nama-nama kalian
agar dapat senantiasa saya rapalkan pelan-pelan pada sujud-sujud panjang, pada senyap malam, dan bahkan pada rapatnya pelukan hujan.





No comments:

Post a Comment