Tuesday, October 23, 2012

Biar Aku Saja


Mungkin langit hari ini tengah tertawa lewat teriknya demi menyaksikan kita yang tak kunjung saling menemukan. Mungkin kita ini seperti asimtot saja. Garis lurus yang didekati oleh kurva lengkung dengan jarak yang semakin lama semakin kecil mendekati nol di titik yang jauh tak hingga. Tapi sejatinya mereka tak pernah bersinggungan, garis tak pernah tersentuh sama sekali oleh kurva lengkung.

Dan aku membiarkanmu meminum kopi pahit cangkir demi cangkir. Bukannya kau tak tahu aku tak pernah menyendokkan gula kesana, hanya saja kau selalu saja meneguknya dan berusaha menikmatinya.

Baiklah, sepertinya semuanya mulai terlihat gemas melihatku yang tak mau bergerak banyak.
Jadi, sebentar lagi..
Biar aku saja yang sedikit mengubah gradien, agar tak perlu memperpanjang kurva sampai tak hingga, agar akhirnya titik perpotongan itu pun tercipta.

Dan sebentar lagi..
Biarkan aku saja yang mengosongkan cangkir itu, tidak, aku tak akan menyendokkan gula dan membiarkanmu tetap meneguknya. Kau sudah terlalu banyak minum kopi selama ini. Tidak baik. Dan sebagai gantinya akan kuseduhkan untukmu secangkir coklat hangat, oh tidak, kurasa dua cangkir saja, agar kita bisa menikmatinya bersama di beranda rumah kita. Rencana yang bagus, bukan?




No comments:

Post a Comment