Sunday, June 3, 2012

# cerita

Sekotak Brownis Untukmu


Siang yang cerah berawan. Nampaknya nanti sore akan hujan. Ah..pelangi..semoga hujan sore ini membawa pelangi, kalau tak ada..hmm, rona senja pun tak mengapa. Yah,tak mengapa.

Ah,lagi-lagi meracau..
sekarang saat nya kembali memfokuskan perhatian ke jalan setelah sejenak langit yang cerah berawan sedikit mengalihkan perhatian.
*memperhatikan jalan ? ngapain ?
ya,memperhatikan jalan,lebih tepatnya menunggu angkot.

Haa..akhirnya datang juga...angkotnya.
Segera saja saya naik dan mengambil posisi duduk di samping pak supir yang sedang bekerja, mengendarai angkot supaya baik jalannya..heyy..tuktiktaktiktuktiktaktiktuktiktaktiktuk *cukup,lintang.
Hari itu saya akan ke masjid Salman untuk bertemu beberapa teman dalam sesuatu kegiatan untuk membicarakan sesuatu urusan yang suatu saat nanti insyaAllah akan menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Ada yang sedikit spesial hari ini;selain martabak di simpang yang selalu menyediakan menu martabak asin spesial,istimewa dan super spesial; hari ini saya membawa sekotak brownis lezat buatan ibu saya tercinta,oleh-oleh mudik,hoho. Lumayan, bisa dibagi ke temen-temen.

Saat hampir sampai di jalan ganesha saya merogoh-rogoh tas untuk mencari dompet. Dan..haaaaa..saya lupa (lagi-lagi) ga bawa dompet >.<
Lalu saya berinisiatif untuk menelepon teman saya,siapa tau dia bisa menjemput ke tempat angkot saya berhenti dan saya bisa meminjam uang untuk membayar ongkos.
"assalamu'alaykum,lagi dimana? ditunggu di depan Boromeus yak,sekarang! urgent.."
"eh..oh..emang mau ngapain? Lagi di annex nih"
"haaa..gimana dong ya? haduh ya udah deh..makasi ya"
tut tut tut tut..tukang jualan tutut lewat. Ho..maksudnya bunyi telepon ditutut,eh ditutup -_-a

haduh gimana dong ini, udah mau nyampe,tapi ga ada sepeser pun uang di tas. Dan ternyata semua penumpang sudah turun..huaa..
sambil berpikir gimana cara dapet ongkos,tak terasa ternyata angkot sudah melaju dan sekarang sudah ada di depan Dukoms*l Dago..huaa..

Tiba-tiba sang rusa eh..sang supir berkata pada saya,
"Neng,mau turun dimana? saya mau belok dan balik lagi ke Dago ini..soalnya penumpangnya udah pada turun"
"emm..begini,pak..sebenarnya saya lupa bawa dompet,kosan saya ada di Dago,boleh ga pak saya ikut sampe dago dan turun deket kosan saya? terus nanti saya ke kosan sebentar ngambil dompet dan bayar ke bapak?"
haduh..@_@
"oh,gitu,ya udah gapapa atuh neng. Ikut aja sampe Dago,ga usah bayar,da bapak juga sekalian puter balik "
"wah,alhamdulillah,makasi banyak ya,pak"
Alhamdulillah pak supirnya baik banget,apa yang bisa saya berikan ya untuk membalasnya,hmmm..aha..

Beberapa saat kemudian angkot itu sudah sampai di depan gang menuju kosan saya.
"kiri,pak"
"disini,neng?"
"iya,pak. Terimakasih banyak ya,pak. Oia,ini ada sedikit buat bapak .."
kemudian saya menyodorkan sekotak brownis spesial buatan ibu saya -yang bahkan aromanya pun sedari tadi sudah membuat perut saya karaokean-.
"waduh, ga usah neng..saya ikhlas kok.."
"iya..saya juga ikhlas kok,maaf ya pak merepotkan "
"wah,si neng,ya sudah..terimakasih ya neng.."

Ya dan akhirnya saya kembali lagi ke kosan untuk mengambil dompet.
fiuhh..

--------------------

haduh..saya memang agak pelupa untuk beberapa hal. Entah sudah berapa puluh payung yang hilang karena saya lupa meletakkannya,berapa kali kasus dompet ketinggalan,ah..
*dan bahkan mungkin ada yang menduga alamat email saya yang (katanya) alay itu terinspirasi dari sifat pelupa saya,padahal kalo yang itu bukan sih.


Tapi terkadang saya sangat mensyukuri sifat pelupa ini, karena pelupa terkadang hidup saya berjalan jauh lebih ringan. Ketika mengalami sebuah kegagalan dan kesedihan, beberapa jam kemudian saya sudah bisa lupa bagaimana rasa sedihnya dan kembali tersenyum seperti biasa. Ketika marah pada seseorang, terkadang hanya dalam beberapa menit saja saya sudah bisa lupa akan rasa marah itu, dan parahnya begitu juga sebaliknya,kalau ada yang marah-marah pada saya,saya akan cepat lupa (bukan konten marahnya sih,tapi suasana kemarahannya).

Bahkan pernah pada suatu wawancara untuk sebuah seleksi, ada salah satu pertanyaan yang diajukan oleh tim penanya,
"apa hal yang membuat kamu paling bersedih hingga saat ini atau apa pengalaman terpahit yang kamu rasakan?"
Hmm..dan saya sangat lama sekali mengingatnya..
"hmm... apa ya? sedih? pengalaman terpahit? apa ya? kayaknya udah ga ada. kalaupun ada, sepertinya  saya lupa meletakkannya di laci memori yang sebelah mana dalam otak saya"

Forgive but never forget
Pengalaman buruk akan sebuah kesalahan sering berteman baik dengan ingatan, hingga akhirnya mereka menikah dan melahirkan dendam. Ya,dendam..sebuah ingatan dan penghayatan berlebihan terhadap rasa sakit di masa lalu. Ah,mengerikan. Bahkan kemaafan pun hanya bisa membuatnya hilang sementara.
Lupalah obat yang sebenarnya..butuh keihklasan yang sangat untuk melupakan,bahkan lebih dari yang kau butuhkan saat sekedar memaafkan.

Ah..betapa indahnya lupa..
Lupa akan hal-hal yang membuat sempit di dada
Lupa pada tangis akan sebuah luka
Bahkan lupa pada bahagia dan suka cita yang sering kali membuat terlena

Lalu,
"Nikmat-Nya yang manakah yang kan kau dustakan ?"
:')



Hari ini
Telah kutitipkan semua pada mentari yang terbenam
Telah kuhanyutkan di sungai penglupaan
Bila pun kembali
Maka akan kutemui semua itu di terbitnya sang mentari
Atau pada gerimis menyejukkan di penghujung kemarau nanti




2 comments: