Yeah..
crazy little thing called...love
gila.
gila memang kalau yang dicintai bukan Dia..
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata, yang kurang lebih:
Bahwasanya rasa cinta terhadap Dzat yang paling dicintai lagi Tertinggi dan cinta yang semu dalam hati seorang hamba tidak akan pernah bersatu. Keduanya saling bertolak belakang, bahkan salah satunya pasti akan mengeluarkan yang lain.
Barangsiapa yang seluruh kekuatan cintanya ditujukan untuk Dzat yang paling dicintai lagi Tertinggi, menganggap kecintaan kepada selain-Nya sebagai suatu kebatilan dan adzab, maka niscaya dia akan memalingkan cintanya dari selain-Nya. Kalaupun mencintai selain-Nya, maka hal itu didasari cinta karena-Nya; atau disebabkan sesuatu itu merupakan sarana untuk mencintai-Nya; atau dikarenakan ia adalah pemutus dari perkara-perkara yang berseberangan dan yang dapat mengurangi rasa cinta kepada-Nya.
Cinta yang benar adalah pengesaan terhadap Dzat yang dicintai. Tidak disekutukan antara Dia dan selain-Nya dalam cintanya, karena Alloh membenci hal itu. Menjauhkannya dan tidak memberinya kesempatan untuk berada di sisi-Nya dan menggolongkannya sebagai pendusta dalam pengakuan cintanya.
Jika makhluk saja enggan dan cemburu sekiranya kecintaan terhadapnya disekutukan dengan selainnya, padahal dia tidak berhak menerima seluruh kekuatan cinta itu, maka bagaimana dengan Dzat Yang Mahatinggi, yang cinta itu hanya layak ditujukan kepada-Nya, sedangkan seluruh cinta kepada selain-Nya ditetapkan sebagai adzab dan bencana?
Cinta semu menghilangkan kecintaan terhadap apa yang lebih bermanfaat baginya. Bahkan, menghilangkan kecintaan terhadap segala sesuatu yang memiliki kebaikan dan kenikmatan. Sungguh, tidak ada kehidupan yang bermanfaat selain dengan mencintai-Nya semata.
Maka dari itu, hendaklah seorang hamba memilih antara salah satu dari dua cinta, karena keduanya tidak mungkin digabungkan dan tidak mungkin hilang secara bersamaan.Barangsiapa yang berpaling dari rasa cinta kepada Alloh, dzikir kepada-Nya, dan rindu terhadap perjumpaan dengan-Nya, maka Alloh akan memberinya cobaan kepadanya dengan rasa cinta kepada selain-Nya.
Sungguh, seseorang adalah budak apa-apa yang dicintainya, bagaimanapun keadaannya, sebagaimana dikatakan dalam sya’ir:
Engkau adalah korban pembunuhan dari semua yang kau cintai.
Maka ambillah untuk dirimu dalam cinta yang engkau pilih.
Maka ambillah untuk dirimu dalam cinta yang engkau pilih.
Siapa saja yang tidak menjadikan Ilah (Robb)nya sebagai penguasa dan pemeliharanya, niscaya hawa nafsu akan menjadi sembahannya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jaatsiyah: 23]
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jaatsiyah: 23]
ya..dan sekali lagi
"Cinta yang benar adalah pengesaan terhadap Dzat yang dicintai. Tidak disekutukan antara Dia dan selain-Nya dalam cintanya, karena Alloh membenci hal itu. Menjauhkannya dan tidak memberinya kesempatan untuk berada di sisi-Nya dan menggolongkannya sebagai pendusta dalam pengakuan cintanya"
dan adakah kesepian yang lebih menyakitkan selain ketika kita dan Allah berjauhan? :'(
ah..
Rabbee..Rabbee..i'm Yours.. :')
No comments:
Post a Comment