Saturday, June 30, 2012

Epilog Bulan Juni

Sudah genap sebulan ini hujan jarang datang. Seolah diamini oleh jati yang meranggas pelan-pelan. Ah,padahal banyak yang ingin kuceritakan pada hujan. Tentang ketersesatanku di jalan yang paling kukenal, tentang pangeran berkuda yang kehilangan kudanya, tentang panda yang terlampau banyak begadang hingga lingkar matanya menghitam (atau memang sudah hitam ya?), hingga tentang bidadari kecil yang mengajariku untuk berkata yang ahsan. Tapi karena hujan tak datang, maka kusimpan saja semua di sudut ingatan.


Sudah genap sebulan ini hujan jarang datang. Lalu pada awan-awan yang berarak kutitipkan saja salam.
"katakan pada hujan,bila nanti ia datang, jangan lupa ajak pelangi,ya!"


Oia,aku lupa mengatakan, sudah hampir sebulan ini aku punya kawan baru. Namanya kesendirian.
"mengapa kau mau berkawan denganku ? Aku ini sepi,tak ada siapa-siapa" tanyanya waktu itu.
"tak apa, bersamamu aku lebih bisa mendengarkan suara hatiku, bersamamu pula rasanya aku bisa lebih dekat dengan-Nya"

Terakhir kali hujan datang,mungkin ia lupa mengatakan bahwa ia telah menitipkan beberapa rintiknya pada bola mataku. Dan harusnya kukeluarkan mereka dengan mencicil menjadi gerimis kecil-kecil, namun karena badai yang tiba-tiba melanda jiwa, jadi saja semua tumpah bak air bah sepekan kemarin. heuh.
lalu sepertinya badanku tak ingin mataku terlalu basah begitu, kemudian hendak diuapkannyalah semua rintik itu dengan menaikkan suhu. Demam.

Baiklah, orang demam memang harus banyak beristirahat, terlelap. Dan..ah..mimpi buruk. Kebiasaan itu terulang lagi. Demam kemudian mimpi buruk,mimpi buruk kemudian demam, hingga aku berpikir bahwa mimpi buruk dan demam adalah reaksi kesetimbangan. Dan di saat-saat seperti ini pun aku menjadi semakin akrab dengan kesendirian. Sampai kapan? Yah,mungkin sampai ada sayap-sayap yang hinggap dan membawaku terbang meninggalkan kesendirian.


Cukup.
Sepertinya catatan tak beraturan ini harus segera diakhiri. 
Salah satu pelajaran yang kudapat, aku tak boleh terlalu bergantung pada hujan, betapapun aku menyukai kehadirannya. Karena bukankah Allah juga menciptakan tuan mentari yang hangat, senja yang merona, angin yang lembut, dan juga yang lainnya? lagipula jika selamanya hujan ada dan tak pernah reda bukankah tak baik juga?


epilog bulan juni
bukankah semuanya harus baik pada akhirnya?
khusnul khatimah :)
















No comments:

Post a Comment