Tulisan itu juga harus ditulis dengan keyakinan yang kuat. Tulisan hanyalah kata-kata yang mati bila tidak lahir dari hati yang tak yakin, meski penuh dengan ramuan sastra dan keindahan gaya bahasa.
-Sayyid Quthb-
yak, bismillah..
buku pertama..
sebutlah ini sebagai gerakan melompati kurva energi aktivasi
Beberapa hari yang lalu di siang hari yang cerah, tetiba muncul sebuah pesan dari seorang sahabat via whatsapp, "assalamu'alaykum... itu fb kamu dibajak apa gimana, ya? atau kamu nulis sendiri? asa ga mungkin" kemudian di saat yang hampir bersamaan bertemu dengan beberapa orang yang mukanya terliht keheranan dan akhirnya salah satu dari mereka bertanya,
Entah sudah berapa kali kukatakan dan mungkin membuatmu cukup bosan, tapi lagi-lagi hal ini ingin kukatakan, aku mencintai hujan.
Ya, aku sungguh mencintai hujan tapi percayalah.. aku tak menyukai rasa cemasku yang muncul karena tahu dirimu menjadi demam karena kehujanan. Ah, kau tak tahu kan ada yang tak sanggup memejamkan mata sebelum tahu dan yakin dirimu baik-baik saja. Dan konyolnya orang itu salah satunya mungkin aku. (sungguh, aku tak berani bilang bahwa aku satu-satunya, karena hampir pasti ada orang lain yang juga begitu. Ya, ibumu. Yang selalu kau ceritakan dan banggakan itu. Ah, seandainya suatu saat nanti kami bisa bertemu, berbincang, dan.. maaf, lupakan!)
Pada setiap kisah perpisahan, entah mengapa sorot kamera atau sudut pandang cerita seringnya mengarah pada dia yang ditinggalkan. Seolah dia yang ditinggalkan adalah satu-satunya korban yang layak untuk diperhatikan.