Akhir-akhir ini entah mengapa saya jadi akrab dengan kata yang satu ini. Istikharah. Yak, dari mulai banyak yang nanya-nanya tentang cara istikharah, nanya ciri jawaban istikharah, dan pun tak ketinggalan banyak pihak yang menyuruh untuk memperbanyak istikharah #eh
Wah berarti saya harus tahu lebih banyak tentang ilmu istikharah nih.. Baiklah, segera saja saya ketika itu pergi ke Salman untuk mencari tahu lebih banyak tentang istikharah. Kemudian tempat yang pertama kali saya tuju adalah..yak,benar sekali ! Kantin Salman. Loh kok ??! Ya, maklum belum sarapan, kan butuh energi juga buat nyari ilmu jadi perlu sarapan dulu. Ok, skip.
Akhirnya saya pergi ke perpustakaan Salman dan mendapat beberapa referensi (haduh,lupa ga dicatet judul-judul bukunya), kira-kira rangkumannya begini,
Di antara orang yang berbahagia dengan permohonan ampun dan do’a para Malaikat adalah seorang hamba yang duduk di masjid untuk menunggu shalat dalam keadaan berwudhu’.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’” [1]
Dari Yunus bin Abdul A’la diriwayatkan bahwa ia berkata: “Asy-Syafi’ie pernah berkata kepadaku:
“Wahai Yunus, apabila engkau mendengar kabar yang tidak menyenangkan dari seorang teman, janganlah terus memusuhinya dan memutus hubungan tali kasih. Kerana dengan demikian engkau akan termasuk orang yang menghilangkan keyakinannya dengan keraguan. Tetapi yang benar, temuilah dia, dan katakan kepadanya:
“Aku mendengar engkau mengatakan begini dan begini." Ingat, jangan sebutkan secara memaksa dan terlalu terperinci.
Apabila ia mengelak, katakan kepadanya: “Engkau lebih benar dan lebih baik dari yang kudengar.” Dan jangan meneruskan lagi urusannya. Tapi kalau ia mengakuinya, dan kamu melihat ada perkara yang boleh dijadikan alasan baginya dalam hal itu, terimalah alasan itu. Namun apabila engkau juga tidak mendapatkan alasan apapun baginya, sementara amat sulit jalan untuk mendapatkannya, engkau boleh tetapkan bahawa ia telah melakukan kesalahan. Setelah itu, engkau boleh memilih: kalau engkau mau, engkau boleh membalas dengan yang setara dengan perbuatannya tanpa menambah-nambah, dan kalau engkau mau, engkau boleh memaafkannya. Dan memaafkannya bererti lebih dekat dengan ketakwaan dan lebih menunjukkan kemuliaanmu.