"I don’t wanna be someone who walks away so easily. I’m here to stay and make the difference that I can make."
- Jason Mraz - I won’t give up
Nabi Zakaria AS. Ia tak lagi muda. Tulang-tulangnya telah melemah. Helai demi helai rambutnya telah memutih. Namun ia demikian gelisah karena di usianya yang sedemikian senja itu ia belum memiliki putra.
Gelisah Nabi Zakaria bukan sekedar tentang tak adanya buah hati penyejuk mata yang menjadi penerus silsilah keluarga. Gelisah Nabi Zakaria bukan juga sekedar kesepian karena hanya hidup berdua di kala tua. Lebih dari itu, gelisah Nabi Zakaria lebih karena kekhawatiran tiadanya penerus Risalah Islam.
Namun, di keadaan (kelihatannya) serba mustahil itu, dimana Nabi Zakaria telah begitu renta dan istrinya pun tak lagi subur, Nabi Zakaria yakin Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tak ada yang mustahil jika Allah menghendaki-Nya. Dan selaput tipis antara harapan dengan kekuasaan Allah itu adalah doa. Karenanya Nabi Zakaria dengan penuh ketundukan berdoa pada-Nya. Dengan bahasa yang indah surat Maryam menceritakan doa itu kepada kita:
(Ingatlah) ketika Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (orang-orang yang mengendalikan dan melanjutkan urusan) sepeninggalku, sedang istriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. Jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam : 3-6)
Nabi Zakaria begitu yakin doanya pasti terkabul. Meski ia tahu berbagai logika manusia menjadi penghalang harapannya (ia yang telah lemah dan renta), Nabi Zakaria mempertegas keyakinan itu : dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, Tuhanku..
Dan doa itu pun terkabul persis dengan doa Nabi Zakaria. Nabi Zakaria memperoleh putra yang shalih lagi diridhai, yaitu Nabi Yahya.
Lalu,
kini adakah keinginan kita lebih "sulit" daripada keinginan Nabi Zakaria ?
Jika pun iya, maka biarlah keajaiban doa yang akan menjawabnya. Asalkan kita yakin Allah akan mengabulkannya. “Aku,” firman Allah dalam hadits Qudsi, “adalah sebagaimana persangkaan hamba-Ku.”
Lalu,
adakah hari ini apa-apa yang kita inginkan dan butuhkan lebih mustahil terwujud dari keinginan Nabi Zakaria?
Jika surga saja diminta oleh manusia, sungguh hal-hal lain yang tidak lebih mahal dari surga akan dianugerahkan-Nya. Asalkan keinginan itu baik. Asalkan harapan itu tidak untuk bermaksiat pada-Nya. Terlebih, jika keinginan kita seperti keinginan Nabi Zakaria. Memiliki putra yang shalih agar agama ini berjaya. Agar dakwah ini mendapatkan kemenangannya..
Tak perlu ragu. Allah memiliki segalanya. Dan kepunyaan-Nya tak pernah berkurang dengan permintaan kita. Dengan rasa butuh dan keyakinan akan kedermawanan-Nya mengabulkan doa-doa, kita akan membuktikan keajaiban doa.
“Di antara bukti kedermawanan Allah adalah,” kata Aidh Al Qarni dalam As’adu Imra’atin fil ‘alam, ”Ia tidak mengecewakan orang yang berharap kepada-Nya dan tidak menyia-nyiakan doa mereka.”
:')
Aku percaya suatu saat hari itu kan tiba.
dimana beban-beban ini kan terlepas dan aku bisa bernapas jauh lebih lega
saat dimana aku melihat senyum mereka merekah dan tak ada lagi gelisah
saat dimana aku demikian bahagianya hingga nyaris saja aku tak percaya bahwa hari itu telah nyata
aku percaya dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, Tuhanku.. :')
No comments:
Post a Comment