يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ﴿١٦
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Teliti. (QS Luqman : 16)
Yaa bunayya..
My beloved son..anakku sayang, kira-kira seperti itu jika diterjemahkan.
Dikisahkan dalam ayat tersebut Luqman radiallahu'anhu memanggil anaknya dengan sebutan demikian. Sebutan yang sangat indah. Ayat ini mengajarkan agar seorang ayah mengekspresikan cinta terhadap anaknya salah satunya melalui panggilan yang baik dan penuh kasih sayang. Hmm..ayat ini sangat mengena karena kebanyakan pria (dalam hal ini seorang ayah) jarang mengekspresikan cinta kepada anaknya secara langsung. Seorang anak terkadang tidak otomatis menyadari dan merasakan bahwa ayahnya sangat mencintainya. Beda halnya dengan seorang ibu, seorang anak pada umumnya secara langsung merasakan bahwa ibunya sangat mencintainya. Oleh karena itu ayat ini mengajarkan agar seorang ayah mengekspresikan rasa cinta pada anak salah satunya melalui panggilan yang penuh kasih sayang sehingga anak tersebut sadar dan tahu..
Hei,..ternyata ayah saya mencintai saya! :)
Selanjutnya dalam ayat ini Luqman memberikan gambaran pada anaknya..
Bayangkan ada sesuatu yang sangaaaaat keciiill, seberat biji sawi (diameter biji sawi < 1mm), dan benda tersebut ada dalam sebuah batu besar (صَخْرَةٍ --> batu yang sangat besar) dan berada di suatu tempat, entah itu di bumi, entah di langit.
Kemudian kita harus menemukan benda seberat biji sawi tersebut. Baiklah, berarti langkah pertama kita harus menemukan batu besar tersebut. Kita harus mencarinya di bumi yang sangat luas ini dan bahkan harus mencarinya ke seantero langit juga, yang (lagi-lagi) bahkan kita tak tahu betapa luasnya langit yang harus kita jelajahi untuk menemukan batu tersebut.
Nah, sekarang anggaplah kita telah menemukan batu besar tersebut. Masalah berikutnya adalah kita harus menemukan benda sebesar biji sawi tersebut yang entah tersimpan di sebelah mana batu besar tersebut. Berarti langkah selanjutnya adalah kita harus menghancurkan batu besar tersebut. Membelahnya menjadi dua bagian? Rasanya belum menyelesaikan masalah, karena kita belum tentu tahu di sisi yang mana dari dua belahan batu tersebut yang menyimpan benda kecil sebesar biji sawi yang kita cari. Membelah menjadi tiga bagian? sepuluh bagian? seratus bagian? Aha, yang harus kita lakukan adalah mencacah batu besar tersebut menjadi nyaris sebesar biji sawi. Agar nantinya benda sebesar biji sawi tersebut dapat kita temukan dengan mudah.
Tapi tunggu dulu, batu yang sangat besar itu harus kita cacah menjadi sekecil biji sawi ? wah, pasti tenaga yang dibutuhkan sangat besar,ya. Ah, bisa, alat berat zaman sekarang sepertinya cukup canggih dan kuat untuk mencacahnya. Oke, ternyata setelah mencacah batu besar tersebut menjadi sebesar biji sawi masalah kita belum usai. Bayangkan, dari batu yang sangat besar tersebut jika kita cacah menjadi sebesar biji sawi berapa banyak cacahan yang kita punya? Ratusan? Lebiiih..dan dari jumlah cacahan yang sangat buanyak tersebut kita harus menemukan satu saja benda sebesar biji sawi tadi. Entah itu diayak, diperiksa satu persatu, atau apapun lah. Dan (mungkin) pada akhirnya kita akan menemukan benda sebesar biji sawi tersebut.
Fiuhh..melelahkan bukan,nak?
Tapi tidak bagi Allah..
Bagi Allah itu perkara yang sangat mudah. Pada ayat di atas Allah menggunakan kata "ya'ti" bukan "ja'a". Ja'a adalah kosakata yang menggambarkan pekerjaan yang membutuhkan usaha yang besar sedangkan ya'ti menggambarkan suatu pekerjaan yang nyaris tak butuh usaha sama sekali karena sangaaat mudah dilakukan.
Begitulah..karena Allah Maha Halus lagi Maha Teliti..
Ya, teliti, tidak hanya Maha Halus karena meliputi segala sesuatu namun juga Maha Teliti, begitu presisi dan akurat.
Dan benda sebesar biji sawi tersebut ibarat suatu perkara yang terjadi di dunia ini. Serahasia dan setersembunyi apapun, Allah akan dengan mudah tahu dan akan membalasnya tanpa kecuali..
MasyaAllah..
Hmm..
Dengan penjelasan semacam ini anak akan paham dan bisa merasakan betul pengawasan Allah dan juga yakin bahwa setiap perbuatan akan mendapat balasan,tanpa kecuali.
Ada contoh kecil, ketika di kelas pelajaran sedang berlangsung dan ibu guru harus pergi sejenak meninggalkan kelas,
"anak-anak, jangan ribut dan keluar bangku,ya..tugasnya dikerjakan dan jangan nyontek. Ibu pergi dulu dan ga bisa ngawasin. Tapi inget, Allah Maha Melihat,lho.."
"iyaaa..buuu"
yah,tapi tetep aja, beberapa menit kemudian pada ribut -_-"
Mungkin kalau sebelumnya ayah,ibu, atau guru di sekolah menjelaskan ayat di atas terlebih dahulu, anak-anak bisa lebih terbayang dan bisa mengerti dalamnya makna " Allah Maha Melihat"
wallahu'alam :)
to be continue...
Hei, (calon) anakku sayang! Bunda lagi berusaha menyiapkan "bekal" yang buanyak nih buat kamu, hoho..
^.^a
Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, ketahuilah bahwa telah lama umat menantikan ibu yang mampu melahirkan pahlawan seperti Khalid bin Walid. Agar kaulah yang mampu menjawab pertanyaan Anis Matta dalamMencari Pahlawan Indonesia: "Ataukah tak lagi ada wanita di negeri ini yang mampu melahirkan pahlawan? Seperti wanita-wanita Arab yang tak lagi mampu melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid?"
No comments:
Post a Comment