Sesungguhnya samt (perilaku) yang baik merupakan salah satu akhlak agung yang dimiliki para nabi. Akhlak ini akan memakaikan baju kewibawaan dan kemuliaan kepada pemiliknya, serta menghiasinya dengan keteguhan dan ketenangan.
Orang yang melihat perjalanan hidup para salaf akan mengetahui bahwa mereka lebih bersemangat untuk mempelajari perangai yang baik daripada mempelajari ilmu yang merupakan kecerdasan dan kilauan akal.
Abdurrahman bin Mahdi -Rohimahulloh- berkata: “Dahulu kami mendatangi seseorang bukan karena ilmunya, tetapi untuk belajar dari hadyu, samt, dan dall yang dimilikinya.”[Al-Adab Asy-Syar'iyyah (2/149)]
Beliau juga berkata: “Dahulu ‘Ali Ibnul Madini dan yang lainnya menghadiri majelis Yahya bin Sa’id Al-Qaththan bukan karena ingin mendengarkan sesuatu, melainkan ingin melihathadyu dan samt beliau.” [Al-Adab Asy-Syar'iyyah (2/149)]
Ibnu Muflih -Rohimahulloh- berkata: “Dahulu majelis (al-Imam) Ahmad dihadiri sekitar 5000 orang atau lebih. Yang menulis kurang dari 500 orang. Adapun sisanya, belajar adab dansamt yang baik dari beliau.” [Al-Adab Asy-Syar'iyyah (2/12)]
Ibnul Jauzi -Rohimahulloh- berkata: “Sungguh dahulu ada sekelompok salaf yang sengaja pergi menuju seorang hamba yang sholih untuk melihat samt dan hadyu, bukan untuk mengambil ilmunya. Karena hadyu dan samt merupakan buah dari ilmunya.” [Shaidul Khathir (hal. 216)]
Ibrahim An-Nakha’i -Rohimahulloh- berkata: “Dahulu bila mereka mendatangi seseorang untuk mengambil ilmu darinya, mereka melihat terlebih dahulu kepada sholatnya, samt, dan penampilannya. Setelah itu barulah mereka mengambil ilmu darinya.” [Al-Adab Asy-Syar'iyyah (2/149). Lihat Sunan ad-Darimi (Hadits no. 434, 435, 436). Lihat pula Fa'idah Muhimmah ba'daha karya Abul 'Aliyah -Rohimahulloh-)]
Abu ‘Ahim An-Nabil -Rohimahulloh- berkata: ” Hammad meninggal pada hari itu dalam keadaan aku tidak mengetahui ada yang menyamainya dalam Islam, dalam hal penampilan,dall, dan samt.” [As-Siyar (7/459)]
Al-Hasan bin Ar-Rabi’ -Rohimahulloh- berkata: “Aku tidak menyamakan Ahmad bin Hanbal dalam hal samt dan hadyu dengan seorang pun, kecuali Ibnu Mubarak.” [Tarikh Islam karya Adz-Dzahabi (hal. 66)]
Ibnul Jauzi -Rohimahulloh- berkata: “Aku bertemu dengan Abdul Wahhab Al-Anmathi. Ternyata dia berada di atas aturan salaf. Tidak terdengar ghibah di dalam majelisnya. Dia tidak pula meminta upah dari menyampaikan hadits. Apabila aku membacakan hadits-hadits yang melembutkan hati, diapun menangis. Tangisannya membekas dalam hatiku dan membangun adab dalam diriku. Dia berada di atas samt para syaikh, yang sifat-sifat mereka kami dengar dalam penukilan.”
KETERANGAN:
As-Samt : Baiknya penampilan dalam perkara agama.
Al-Hadyu : Tingkah laku dan cara hidup.
Ad-Dall : Keadaan seseorang berupa ketenangan, kewibawaan, baiknya perjalanan dan cara hidupnya.
Al-Hadyu : Tingkah laku dan cara hidup.
Ad-Dall : Keadaan seseorang berupa ketenangan, kewibawaan, baiknya perjalanan dan cara hidupnya.
——————————
Dikutip dari buku “Mahkota yang Hilang” yang ditulis oleh Abu Abdillah Faishal bin Abduh Qa’id al-Hasyidi, diterbitkan oleh Cahaya Ilmu Press, halaman 12 – 15.